ﻭَﺇِﻥْ ﺗَﻌُﺪُّﻭﺍ ﻧِﻌْﻤَﺔَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺎ ﺗُﺤْﺼُﻮﻫَﺎ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﻐَﻔُﻮﺭٌ ﺭَﺣِﻴﻢٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS. An Nahl:
18).
Yang dimaksud dengan
ayat ini disebutkan dalam Tafsir Al Jalalain (hal. 278), “Jika kalian
tidak mampu menghitungnya, lebih-lebih untuk mensyukuri semuanya.
Namun kekurangan dan
kedurhakaan kalian masih Allah maafkan (bagi yang mau bertaubat, -pen), Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ibnu Katsir juga menjelaskan dalam kitab tafsirnya (4: 675), “Allah
benar-benar memaafkan kalian. Jika kalian dituntut untuk mensyukuri
semua nikmat yang Allah beri, tentu kalian tidak mampu mensyukurinya.
Jika kalian
diperintah untuk mensyukuri seluruh nikmat tersebut,
tentu kalian tidak mampu dan bahkan enggan untuk bersyukur. Jika Allah
mau menyiksa, tentu bisa dan itu bukan tanda Allah
itu zholim. Akan tetapi, Allah masih mengampuni
dan mengasihi kalian. Allah mengampuni kesalahan yang banyak lagi memaafkan bentuk syukur kalian yang sedikit.”
Imam Ibnu Jarir Ath Thobari berkata, “Sesungguhnya Allah memaafkan kekurangan
kalian dalam bersyukur. Jika kalian bertaubat, kembali taat dan ingin
menggapai ridho Allah, Dia sungguh menyayangi kalian dengan ia tidak
akan menyiksa kalian setelah kalian betul-betul bertaubat.” Demikian
beliau sebutkan dalam Jami’ul Bayan fii Ta’wil Ayyil Qur’an, 8: 119.
Muhammad Al Amin Asy Syinqithi menjelaskan,
“Dalam ayat ini dijelaskan bahwa manusia tidak mampu menghitung nikmat
Allah karena begitu banyaknya. Lalu setelahnya Allah sebutkan bahwa Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ini menunjukkan atas kekurangan
manusia dalam bersyukur terhadap nikmat-nikmat tersebut. Namun Allah
masih mengampuni siapa saja yang bertaubat pada-Nya. Allah akan
mengampuni setiap orang yang memiliki kekurangan dalam bersyukur
terhadap nikmat. Hal ini diisyaratkan pula dalam ayat,
ﻭَﺇِﻥْ ﺗَﻌُﺪُّﻭﺍ ﻧِﻌْﻤَﺔَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺎ ﺗُﺤْﺼُﻮﻫَﺎ ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥَ ﻟَﻈَﻠُﻮﻡٌ ﻛَﻔَّﺎﺭٌ
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS.Ibrahim: 34).
Setiap nikmat memang dari Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat lainnya dari
surat An Nahl,
ﻭَﻣَﺎ ﺑِﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﻧِﻌْﻤَﺔٍ ﻓَﻤِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah(datangnya)” (QS. An Nahl : 53).
(Lihat Adhwaul Bayan, 3: 231).
Dalam ayat ini pula, Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi memberikan
pelajaran kaedah bahasa Arab bahwa isim mufrod jika disandarkan pada
isim ma’rifah, maka menunjukkan makna umum. Semisal dalam ayat ini kata
“ni’mat Allah”. Nikmat itu mufrod (tunggal), lafazh jalalah “Allah”
adalah isim ma’rifah. Jadi yang dimaksud adalah seluruh nikmat, bukan
hanya satu nikmat saja.
Ya Allah, kami bersyukur kepada-Mu
sebanyak nikmat yang disyukuri oleh orang-orang yang bersyukur dalam
setiap lisan dan setiap waktu.
Semoga kita jadi hamba Allah yang pandai bersyukur. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
0 komentar:
Posting Komentar