Dalam al-Musnad, Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah meriwayatkan
dengan sanadnya dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Jiwa tidak dibunuh dengan cara zhalim,
melainkan anak pertama Adam berhak menanggung darahnya, karena dialah
yang pertama kali menyontohkan pembunuhan.”
Kebijaksanaan Allah SWT menghendaki Qabil berdiri lemah di depan
saudaranya yang sedang berlumuran darah –padahal sebelum itu, ia dengan
beringas mengancam saudaranya kemudian membunuhnya–. Qabil
bertanya-tanya, apa yang harus ia katakana kepada kedua orang tuanya
Adam dan Hawa?
Sekali lagi, Qabil memandang mayat saudaranya yang telah ia bunuh
hendak dibawa kemana? Bahkan dimana ia harus menyembunyikannya?
Saudaranya, Habil, adalah anak keturunan Adam yang pertama kali
meninggal dunia di bumi ini jadi pemakaman mayat tidk pernah terjadi
sebelum itu!
Asy-Syaukani ra., berkata, “Qabil tidak tahu bagaimana ia harus
mengubur saudaranya, karena saudaranya adalah mayat pertama dari anak
keturunan Adam.”
Qabil berdiri tidak tahu apa yang harus ia kerjakan. Ketika ia berada
dalam kebingungan dan diam, tiba-tiba suara burung gagak memecah
suasana. Burung gagak tersebut berada didekat Qabil. Tahukah Anda, apa
yang akan diperbuat burung gagak tersebut?
Riwayat-riwayat yang bertebaran di buku-buku tafsir, sejarah dan
hadits mengatakan, “Bahwa burung gagak tersebut membunuh burung gagak
yang lainnya, atau burung gagak tersebut menemukan bangkai burung gagak,
atau datang dengan membawa bangkai burung gagak, kemudian burung gagak
tersebut membuat galian di tanah dan menguruknya.”
Qabil merasa kerdil di dalam dirinya sendiri. Sekarang terkuaklah
kelemahan diri dan ketidakberdayaannya. Ia tak ubahnya seperti burung
gagak yang lemah di sekawanan burung gagak yang buta huruf!.
Peristiwa tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an Al-Karim Allah SWT
berfirman, “Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di
bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya
menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil:”Aduhai celaka aku, mengapa
aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini lalu aku dapat
menguburkan mayat saudaraku ini” Karena itu jadilah dia seorang di
antara orang-orang yang menyesal”. (QS. Al-Maidah (5): 31)
Dari ayat yang mulia diatas terlihat bahwa penyesalan Qabil bukanlah
penyesalan taubatan nasuha, karena jika penyesalannya adalah penyesalan
taubatan nasuha, Allah pasti menerima taubatnya. Namun penyesalan karena
tindakannya tidak berguna diteruskan dengan kelelahan, kesengsaraan,
dan kekalutan.
Dengan kejadian diatas, syetan mendapat salah seorang dari anak Adam
dalam perjalanan awalnya di atas pemukaan bumi. Berita pembunuhan
tersebut pun menyebar kepada Adam dan Hawwa’
Para sejarawan menyebutkan bahwa Adam sedih atas kematian anak-anak, Habil, hingga bertahun-tahun.
Terlihat bahwa Hawwa’ juga amat sedih dengan kematian Habil. Ia ibu korban sekaligus ibu seorang pembunuh!
Ibnu Asakir ra., meriwayatkan di Tarikh nya bahwa ketika Habil
dibunuh Qabil, Adam berkata kepada Hawwa’, Hai Hawwa’, anakmu mati.”
Hawwa’ bertanya, Apa kematian itu?
Adam menjawab, “Kematian ialah tidak makan-minum, tidak berdiri dan berjalan, serta tidak bicara selama-lamanya.
Hawwa’ menjerit histeris.
Adam berkata kepada Hawwa’, “Hendaklah engkau dan anak-anak putrimu sedih. Aku dan anak-anakku berlepas tangan atas kasus ini.”
Kesedihan Adan dan Hawwa’ atas kematian Habil berlangsung lama sekali.
Ath-Thabari ra., meriwayatkan di Tarikh-nya bahwa Hawwa’ mengandung
Syaits lima tahun setelah kematian Habil. Arti Syaits ialah pemberian
Allah, maksudnya bahwa Syaits adalah pengganti dari Habil.
Hari-hari terus berjalan. Adam dan Hawwa’ semakin tua. Anak-anak
keturunannya semakin banyak di bumi. Adam as., adalah Nabi yang mengajak
anak-anak dan keturunannya kepada Allah dan menjelaskan keagungan Allah
kepada mereka. Bisa jadi, beliau bercerita kepada mereka tentang tipu
daya Iblis terhadap dirinnya dan istrinya, Hawwa’, dan menuruh mereka
bersikap hati-hati terhadap Iblis dan fitnahnya![*]
***
jkmhal.com – Istri-Istri Para Nabi
0 komentar:
Posting Komentar