***
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dikisahkan
bahwa dahulu ada seorang lelaki yang telah membunuh 99 orang. Lelaki
ini telah berlumuran darah, jari jemarinya, pakaiannya, tangan dan
pedangnya semuanya basah oleh darah.
Lelaki pelaku kejahatan
ini telah melumuri dirinya dengan darah jiwa yang diharamkan oleh Allah
SWT membunuhnya serta mencabut nyawa mereka. Sesudah dirinya berlumuran
dengan kejahatan dan dosa besar ini, dia menyadari kesalahannya.
Maka keluarlah ia dengan pakaian yang berlumuran darah, sedang
pedangnya masih meneteskan darah segar dan jari jemarinya belepotan
darah juga. Ia datang bagaikan seorang yang mabuk, gelisah, ketakutan
seraya bertanya² kepada semua orang...
"Apakah aku masih bisa diampuni...???" (kata sang pembunuh.)
"Kami akan menunjukkanmu kepada seorang rahib yang tinggal di kuilnya,
maka sebaiknya kamu pergi ke sana dan tanyakanlah kepadanya apakah
dirimu masih bisa diampuni...!!!" (kata orang².)
Dia menyadari
bahwa tiada yang dapat memberi fatwa dalam masalah ini, kecuali hanya
orang² yang ahli dalam hukum Tuhan. Ia pun pergi ke sana, ke tempat
rahib itu, seorang ahli ibadah dari kalangan kaum Bani Israil.
Dia pergi melangkah dengan langkah yang cepat dengan penuh penyesalan
karena dosa² yang telah dilakukannya. Lalu ia mengetuk pintu kuil si
rahib tersebut.
Lelaki pembunuh itu masuk dan ternyata pakaiannya masih berlumuran darah segar, membuat si rahib kaget bukan kepalang.
"Aku berlindung kepada Tuhan dari kejahatanmu...!!!" (kata si rahib.)
"Wahai rahib ahli ibadah, aku telah membunuh 99 orang, maka masih
adakah jalan bagiku untuk bertobat...???" (tanya si pembunuh.)
"Tiada taubat bagimu...!!!" (jawab sang rahib spontan.)
Akhirnya si pembunuh ini putus asa memandang kehidupan ini. Di matanya,
dunia ini terasa gelap, kehendak dan tekadnya melemah, dan keindahan
yang terlihat di matanya menjadi buruk.
Si pembunuh ini
akhirnya mengangkat pedangnya dan membunuh rahib itu sebagai balasan
yang setimpal untuknya guna menggenapkan 100 orang manusia yang telah
dibunuhnya.
Selanjutnya ia keluar menemui orang² guna
menanyakan lagi kepada mereka, bukan karena alasan apa, melainkan karena
jiwanya sangat menginginkan untuk taubat dan kembali ke jalan Tuhannya
serta menghadap kepada-Nya.
"Masih adakah jalan untuk bertaubat bagiku...???" (kata si pembunuh.)
"Kami akan menunjukanmu ke rumah Fulan bin Fulan, seorang ulama, bukan
seorang rahib, yang ahli tentang hukum Tuhan...!!!" (jawab mereka.)
Setelah pembunuh itu ditunjukkan ke tempat seorang alim, akhirnya si
pembunuh itu pergi menemui orang alim itu yang pada saat itu berada di
majelisnya sedang mengajari generasi dan mendidik umat.
Orang
alim itu pun tersenyum menyambut kedatangannya. Begitu melihatnya, ia
langsung menyambutnya dengan hangat dan mendudukkan di sebelahnya
setelah memeluk dan menghormatinya.
"Apakah keperluanmu datang kemari...???" (tanya Fulan bin Fulan.)
"Aku telah membunuh 100 orang yang terpelihara darahnya, maka masih adakah jalan taubat bagiku...???" (jawab sang pembunuh.)
"Lalu siapakah yang menghalang² antara kamu dengan taubat dan siapakah
yang mencegahmu dari melakukan taubat...??? Pintu Allah terbuka lebar
bagimu, maka bergembiralah dengan ampunan, bergembiralah dengan perkenan
dari-Nya, dan bergembiralah dengan taubat yang mulus...!!!" (kata fulan
bin fulan.)
Si pembunuh berkata,
"Aku mau bertaubat dan memohon ampun kepada Allah...!!!" (kata si pembunuh.)
"Aku memohon kepada Allah semoga Dia menerima taubatmu...!!!" (kata fulan bin fulan.)
Selanjutnya orang alim itu berkata kepadanya, "Sesungguhnya engkau
tinggal di kampung yang jahat, karena sebagian kampung dan sebagian kota
itu adakalanya memberikan pengaruh untuk berbuat kedurhakaan dan
kejahatan bagi para penghuninya.
Barang siapa yang lemah
imannya di tempat seperti itu, maka ia akan mudah berbuat durhaka dan
akan terasa ringanlah baginya semua dosa, serta menggampangkannya untuk
melakukan tindakan menentang Tuhannya, sehingga akhirnya ia terjerumus
ke dalam kegelapan lembah dan jurang kesesatan.
Akan tetapi,
apabila suatu masyarakat yang di dalamnya ditegakkan amar ma'ruf dan
nahi mungkar, maka akan tertutuplah semua pintu kejahatan bagi para
hamba.
Oleh karena itu, keluarlah kamu dari kampung yang jahat
itu menuju ke kampung yang baik. Gantikanlah tempat tinggalmu yang lalu
dengan kampung yang baik dan bergaullah kamu dengan para pemuda yang
shalih yang akan menolong dan membantumu untuk bertaubat...!!!"
Singkat cerita, Akhirnya sang pembunuh meninggalkan kampung itu dan
pergi ke tempat yang ditunjuk oleh orang alim terakhir sambil menangis
dan menangis menyesali semua perbuatnnya. Dari satu kampung ke kampung
lain telah dilewatinya dan semakin dekat denga tempat yang dituju. Belum
sampai pada tempat yang dituju, sang pembunuh ini meninggal di tengah
perjalanan.
Apakah taubatnya diterima Allah SWT...???
Saat
itu turunlah 2 orang malaikat yang memperebutkan sang pembunuh, yang
seorang berkeyakinan untuk menceburkannya ke dalam neraka dan seorang
lagi berkeyakinan untuk memasukkannya ke dalam surga. Karena perebutan
terjadi, maka mengadulah kedua malikat itu kepada Allah SWT.
Allah SWT memberikan perintah untuk mengukur jarak antara kampung
maksiat dengan tempat yang dituju. Setelah diukur, ternyata sang
pembunuh sudah mendekati jarak dengan kampung orang alim (tempat yang
ditujunya). Maka surgalah tempat orang itu berada.
Subhanallah...
Sungguh besar sekali pengampunan Allah SWT kepada hambanya. Tak
terkirakan dosa yang dilakukan manusia, Allah SWT tetap memberikan
ampunan selama orang tersebut mau bertobat dengan taubatan nasuha.
◦♡◦ ‘‘ѕαĻαм мαηιѕ вυαт γαηφ вαςα’’ ◦♡◦
╔═══════════════╗
╠ Semoga Bermanfaat...
╚═══════════════╝
0 komentar:
Posting Komentar