Pages

Sabtu, 11 Februari 2017

TABUNGAN UNTUK UMI DAN ABI

TABUNGAN UNTUK UMI DAN ABI
Oleh : Deuis Pebria 
Dering suara Alarm jam kecil kesayangan, membangunkanku dari lelapnya tidur, telingaku tak kuat menahan ocehan Alarm yang semakin lama semakin rewel. Ku matikan saja Alarmnya sambil menengok ke arah jarum jam. “ hoaaam... Ternyata masih jam 5 “ ucapku pelan lalu ke pejamkan mata ini kembali dan tertidur. Tidak lama kemudian, terdengar suara Umi Memanggilku “ Nisa ayoo bangun sholat shubuh sayang” ya namaku adalah Afnan Nisa Faizah semua temanku biasa Memanggilku Nisa termasuk kedua orangtuaku. Umi dan Abi tidak sembarang memberikan nama itu padaku, semua namaku ada arti yang sangat baik.Afnan itu artinya pohon yang berbuah, Nisa berarti anak perempuan, dan Faizah artinya kemenangan. Kalau ketiga nama itu digabung memiliki arti “ anak perempuan yang mendapat kemenangan dan banyak memberikan manfaat seperti pohon yang berbuah. 
Umi terus saja memanggil-manggil tapi aku tetap saja tidur dan menghiraukannya, sampai suara Umi tak terdengar lagi. 
Ku nikmati mimpi bersama seorang laki-laki yang sangat tampan dia mengajakku ke sebuah taman yang sangat indah, dia memetikkanku sekuntum bunga mawar merah dan memasangnya di telingaku “ kau cantik sekali” pujinya aku pun tersipu malu mendengar pujiannya itu. Lalu dia menghilang, aku mencari-cari tapi tak ada satupun jejak yang bisa aku temukan “ kemana dia?” ucapku penuh dengan kegelisahan. Tiba-tiba laki-laki yang sangat menyeramkan datang menghampiriku dan mengajakku pergi. aku melepaskan tangannya yang menggenggam erat tanganku, aku berlari dan dia terus mengejarku
“Nisa mau kemana ayooo pergi bersamaku” ucapnya sambil terengah-engah mengejarku. 
Aku berlari terbirit-birit dan ketakutan “ Toloooong.... Toloooong” teriakku kencang sekali tapi tak ada satu orang pun yang mendengar. Tiba-tiba laki-laki itu ada dihadapanku 
“Mau kemana kamu Nisa ha..ha..ha” ucapnya menyeramkan sekali sambil mengeluarkan senjata tajam dan akan menusukku “ aaaaaa........” Teriakku ketakutan. Lalu aku terbangun “ Alhamdulilah .... Ternyata hanya mimpi” sambil mengelus dada hatiku merasa tenang ternyata itu semua hanyalah mimpi belaka. Tapi bayangan laki-laki itu seperti nyata ada dihadapanku, sambil membawa pisau tajam. 
“Jangan... Jangan bunuh aku” ucapku ketakutan sambil ku peluk guling untuk melindungi wajahku. Dia semakin dekat.. Dan “ nisaaaa ayooo bangun sayang sudah siang, nanti terlambat sekolah” hah ternyata itu umi, ilusiku semakin tidak karuan saja. “ umiiiiiii.... “ ku peluk umi sambil Terisak-isak.
“Kenapa kamu sayang” tanya umi lembut.
“Aku bermimpi buruk umi, ada yang ingin membunuhku” ku semakin tak kuat menahan tangis.
“Itu hanya mimpi nisa, sebaiknya daripada kamu berilusi tidak jelas, segera bersiap-siap lihat jamnya” sambil mengambil jam kecil Kesayanganku.
“Astagfirulloh.. Sudah jam enam lewat lima belas menit, bagaimana ini aku belum sholat shubuh lagi” aku pun kebingungan. 
“Umi kan sudah bangunkan dari tadi shubuh, tapi telingamu ini tak mendengar” sambil menjewer telingaku
“Maaf umi.. “ sesalku sambil ku pegang telingaku yang mulai memerah akibat jewerannya umi
“Kalau sudah terlambat seperti ini, siapa yang akan kamu salahkan, masa kamu salahkan umi nanti” nasihatnya membuat hatiku berdebar-debar.
Aku terdiam mendengar perkataan umi, aku pun sangat menyesal tak pernah mendengarkan nasihat umi.
“Cepatlah bersiap-siap, Abi sudah menunggumu dari tadi” perintahnya tegas padaku.
“Abi?? Bukannya Abi sudah berangkat kerja? Tanyaku keheranan.
“Hari ini Abi berangkat jam 7, jadi kamu bisa berangkat bersama Abi, cepat bersiap nanti Abi juga bisa terlambat” jelas umi sambil pergi untuk mempersiapkan sarapan.
Setelah selesai, aku pergi bersiap untuk sarapan. Sesudah itu, segera aku berangkat sekolah dan tak lupa mencium tangan umi sambil mengucapkan salam. Abi mengemudikan mobil sangat cepat, jarak rumah ke sekolah lumayan cukup jauh dan untungnya, sekolahku dengan tempat kerja Abi lumayan berdekatan jadi kemungkinan Abi pun tak akan terlambat masuk kerja. Ketika di mobil, Abi tak berbicara sedikit pun, Abi terus saja melihat ke arah jam. 
“Hmmm abi aku boleh tanya sesuatu?” Tanyaku pelan.
“Iya boleh tanya apa nak?” Jawabnya singkat.
“Kalau kita berniat sholat shubuh, tapi malah kesiangan, bagaimana? Tanyaku malu sekali.
“Kenapa? Kamu kesiangan sholat shubuh lagi? Tanyanya tegas.
“Iya Abi... Yang kemarin aja belum di ganti, eh sekarang malah kesiangan lagi” 
“Sebaiknya segera kamu qodo di waktu itu juga, namanya orang kesiangan kan bukan hal yang disengaja. Tapi, kejadiannya, kamu sudah umi bangunkan dari shubuh, tidak segera bangun, akhirnya malah mimpi buruk kan? Jelasnya.
“Kok Abi bisa tahu?” Tanyaku keheranan.
“Umi tadi bilang sama Abi! dengar ya nak, sholat itu penting apalagi sholat wajib ketinggalan satu waktu saja, kamu akan rugi besar dunia dan akhirat apalagi sampai sengaja meninggalkannya” nasihat abi yang jelas dan lugas, semakin membuat hatiku tidak tenang. 
Tidak terasa percakapan kami memakan waktu yang cukup lama. Dan akhirnya sampai di sekolahku. “ lain kali jangan kesiangan lagi!!” Abi mengingatkanku kembali. “ iya abi” jawabku sangat pelan aku takut temanku mendengarnya. Lalu, Aku mencium tangan abi dan mengucapkan salam. Abi pun segera pergi berangkat kerja. “ anak Macam apa aku ini, tidak mensyukuri bahwa umi dan abi sangat sayang padaku, mereka tak henti-hentinya menasihati ku, tapi aku sering tak mendengarkannya” menggerutu dalam hati. Aku pun berjalan menuju kelas dan masih saja menyesali perbuatanku selama ini. Ketika aku melihat ke arah mading, disana ramai sekali.
“Nisaaaa.... Siniiii” panggil salah satu temanku bernama maya anaknya cantik, baik, bawel, humoris, dan pintar.
“Ada apa??” Segera aku berjalan menghampirinya.
“Coba lihat ini bagus untukmu” sambil menunjukkan ke salah satu kertas yang berisi perlombaan hafiz Alqur’an.
“Pantas saja ramai ternyata ada perlombaan” ucapku singkat.
“Kamu ikutan yaaa?” Bujuk maya padaku.
“Kenapa harus aku, kamu saja yang ikut lomba” jawabku ketus.
“Belum ada satu juz pun yang aku hafal, disini tertulis persyaratan mengikuti lomba minimal sudah hafal 5 juz, kamu kan insyaAlloh 15 juz sudah hafal” jelasnya sambil tersenyum.
“Dari mana kamu tahu kalau aku bisa menghafal 15 juz alqur’an?” Tanyaku keheranan padahal aku tidak pernah menceritakan kepada siapapun hanya umi dan abi saja yang tahu.
“Kamu ingat gak waktu pertama kali masuk sekolah, kita pernah di test membaca Alqur’an? Lalu, ibu Sukma menyuruhmu tanpa melihat Alqur’an dan MasyaAlloh kamu sangat hafal baca’annya sampai tajwidnya juga bagus banget” pujinya. 
“Hehehe... Sudahlah.. Tapi, bagaimana kamu bisa yakin kalau sekarang aku sudah hafal setengah juz?” 
“Ya elah.. Itu mah gampang banget, dari cara ngomong aja udah keliatan kalau kamu sering baca Alqur’an, makanya aku yakin banget pasti sekarang kamu sudah hafal setengah juz atau sudah 30 juz ya?” Paksanya membuatku harus mengakui.
“Belum kok.. Do’akan saja ya” jelasku singkat
“Makanya kamu ikutan ya, aku yakin pasti kamu Menang, kamu gak mau mengasah kemampuanmu? Aku pernah mendengar ceramah dari seorang ustad dia menyampaikan sabda Rasulluloh SAW  : ”Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim)…” begitu nis penjelasannya, maaf ya gak ada maksudku menggurui, kamu gak mau mempersembahkan jubah kemuliaan buat kedua Orangtuamu nanti nis? Itu bisa jadi tabungan Akhirat buat umi dan abimu loh nis termasuk kamu juga?” Bujuk dan nasihatnya menumbuhkan semangatku.
“Hmmm... InsyaAlloh aku ikut. Kamu  juga jangan cuma nasihatin aku doang” sindirku halus.
“Sebenarnya aku juga mau ikutan tapi.. Aku kan belum hafal satu juz pun nis, InsyaAlloh kalau nanti ada kesempatan aku ikut” 
“Ya sudah.. Aku do’akan semoga kamu juga bisa menghafal 30 juz sekaligus Aaamiiiin”
“Aaamiiiiin ya Alloh ya Robbal Alamin.. Cepat daftar ke bu Sukma ( guru PAI) pendaftarannya besok paling telat lho” 
“Iya.. Tapi kamu antar aku ya aku malu soalnya hehe” 
“Huuuu iya iya nanti aku antar, apa sih yang enggak buat sahabatku ini” sambil memeluk pundakku
“Apa sih kamu tuh Lebay” ucapku ketus. 
Lalu, aku pun segera mendaftarkan diri mengikuti perlombaan, ternyata banyak sekali yang sudah mendaftar, aku berada di urutan paling bawah. Alhamdulilah ada banyak sekali yang berminat mengikuti perlombaan ini. Hadiahnya memang cukup menggiurkan. Juara III hadiahnya uang sebesar 1 juta + 1 buah Alqur’an beserta tajwidnya, juara II hadiahnya uang sebesar 2 juta + 1 buah Alqur’an beserta tajwidnya, juara I hadiahnya uang sebesar 4 juta + 1 buah Alqur’an beserta Tajwid dan akan diajak ke Kairo selama 1 bulan untuk mempelajari Alqur’an lebih dalam lagi bersama hafizh Alqur’an yang lainnya. MasyaAlloh.. Tapi, aku berniat mengikuti lomba ini bukan untuk berlomba-lomba mendapatkan hadiah, melainkan untuk mengasah kemampuanku dan semoga ini menjadi tabungan untuk kedua orangtuaku kelak. Kalau menang atau kalah itu urusan belakangan yang terpenting ikhtiar dan berdo’a dulu, jangan lupa do’a dari kedua orangtua itu lebih penting dari segalanya. 
Sesampainya dirumah, aku meminta izin mengikuti lomba hafizh Alqur’an kepada Umi dan Abi, mereka sangat mendukung bahkan mereka membelikanku Alqur’an yang sangat lengkap ada tafsir dan Tajwidnya lagi. Aku pun sangat bersemangat mengikuti perlombaan ini. Hari demi hari telah ku lewati, dan Akhirnya perlombaan itu tiba. Lokasi perlombaan itu, berada di mesjid sekolahku. Aku pun sangat deg-degan dan gugup, pasti banyak yang melihatnya.
“Aduuuuuh kok tiba-tiba perasaanku jadi gak karuan gini.. Aku gugup may” ucapku sambil mondar-mandir dan memegang dadaku.
“Bismillah ya nis, tenangkan dirimu jangan gugup” ucap maya yang berusaha menenangkanku. Tak lama kemudian,  seorang ustad yang tak lain adalah panitia perlombaan itu memanggil namaku. Hatiku semakin berdebar kencang tubuhku mendadak panas dingin.
“Nis... Giliranmu ayooo semangat ya jangan lupa bismillah” maya yang selalu menyemangatiku aku pun tak ingin membuatnya kecewa, aku pun bangkit dan bersemangat
“Bismillah.. Do’akan aku ya may” sambil ku pegang tangannya dan dia pun memegang tanganku. 
“Pasti aku do’akan nis.. Kamu bisa kok semangatt ya” lagi-lagi dia menyemangatiku. Aku pun segera memasuki mesjid dan salah seorang panitia muda mempersilakan aku masuk dan menunjuk ke arah mimbar. Ku berdiri diatas mimbar, ku lihat banyak sekali juri dan panitia dan semua teman-temanku menyaksikan perlombaan ini. Ketika ku mulai membacanya, hatiku terasa tenang dan rasa gugup itu pun hilang seketika. Aku tak menghiraukan orang-orang di sekelilingku, aku terus saja menikmati lantunan ayat demi ayat yang sedang aku bacakan. 
Pikiranku pun terasa jernih, kudengar suaraku begitu lirih dan merdu. Tak terasa air mata ini bercucuran dengan sendirinya.
Setelah juri mengetesku dengan sambungan ayat,  Alhamdulilah aku bisa menjawabnya dengan lancar. Dan lomba itu pun telah selesai. Sekarang saatnya pengumuman pemenang hasil penilaian para juri, aku merasa tidak yakin kalau aku akan menang, soalnya peserta yang lain jauh lebih baik dariku. Tapi, aku pun teringat pertama kali aku berniat mengikuti perlombaan ini jadinya aku tidak merasa khawatir lagi. Ketika ku dengar namaku disebut dengan meraih peringkat ke dua dari 156 peserta Aku pun tak menyangka kalau aku bisa memenangkan hafizh Alqur’an meskipun hanya meraih juara kedua. Dan juara pertama di raih oleh rian teman sekelasku, rian memang pantas menerimanya. 
Alhamdulilah kemenangan ini sebagai hadiah atas usahaku selama ini, dan ku persembahkan kemenangan ini untuk umi dan Abi....

1 komentar: