TABUNGAN UNTUK UMI DAN ABI
Oleh : Deuis Pebria
Dering suara Alarm jam kecil kesayangan, membangunkanku dari lelapnya
tidur, telingaku tak kuat menahan ocehan Alarm yang semakin lama semakin
rewel. Ku matikan saja Alarmnya sambil menengok ke arah jarum jam. “
hoaaam... Ternyata masih jam 5 “ ucapku pelan lalu ke pejamkan mata ini
kembali dan tertidur. Tidak lama kemudian, terdengar suara Umi
Memanggilku “ Nisa ayoo bangun sholat shubuh sayang” ya namaku adalah
Afnan Nisa Faizah semua temanku biasa Memanggilku Nisa termasuk kedua
orangtuaku. Umi dan Abi tidak sembarang memberikan nama itu padaku,
semua namaku ada arti yang sangat baik.Afnan itu artinya pohon yang
berbuah, Nisa berarti anak perempuan, dan Faizah artinya kemenangan.
Kalau ketiga nama itu digabung memiliki arti “ anak perempuan yang
mendapat kemenangan dan banyak memberikan manfaat seperti pohon yang
berbuah.
Umi terus saja memanggil-manggil tapi aku tetap saja tidur dan menghiraukannya, sampai suara Umi tak terdengar lagi.
Ku nikmati mimpi bersama seorang laki-laki yang sangat tampan dia
mengajakku ke sebuah taman yang sangat indah, dia memetikkanku sekuntum
bunga mawar merah dan memasangnya di telingaku “ kau cantik sekali”
pujinya aku pun tersipu malu mendengar pujiannya itu. Lalu dia
menghilang, aku mencari-cari tapi tak ada satupun jejak yang bisa aku
temukan “ kemana dia?” ucapku penuh dengan kegelisahan. Tiba-tiba
laki-laki yang sangat menyeramkan datang menghampiriku dan mengajakku
pergi. aku melepaskan tangannya yang menggenggam erat tanganku, aku
berlari dan dia terus mengejarku
“Nisa mau kemana ayooo pergi bersamaku” ucapnya sambil terengah-engah mengejarku.
Aku berlari terbirit-birit dan ketakutan “ Toloooong.... Toloooong”
teriakku kencang sekali tapi tak ada satu orang pun yang mendengar.
Tiba-tiba laki-laki itu ada dihadapanku
“Mau kemana kamu Nisa ha..ha..ha” ucapnya menyeramkan sekali sambil
mengeluarkan senjata tajam dan akan menusukku “ aaaaaa........” Teriakku
ketakutan. Lalu aku terbangun “ Alhamdulilah .... Ternyata hanya mimpi”
sambil mengelus dada hatiku merasa tenang ternyata itu semua hanyalah
mimpi belaka. Tapi bayangan laki-laki itu seperti nyata ada dihadapanku,
sambil membawa pisau tajam.
“Jangan... Jangan bunuh aku” ucapku ketakutan sambil ku peluk guling
untuk melindungi wajahku. Dia semakin dekat.. Dan “ nisaaaa ayooo bangun
sayang sudah siang, nanti terlambat sekolah” hah ternyata itu umi,
ilusiku semakin tidak karuan saja. “ umiiiiiii.... “ ku peluk umi sambil
Terisak-isak.
“Kenapa kamu sayang” tanya umi lembut.
“Aku bermimpi buruk umi, ada yang ingin membunuhku” ku semakin tak kuat menahan tangis.
“Itu hanya mimpi nisa, sebaiknya daripada kamu berilusi tidak jelas,
segera bersiap-siap lihat jamnya” sambil mengambil jam kecil
Kesayanganku.
“Astagfirulloh.. Sudah jam enam lewat lima belas menit, bagaimana ini aku belum sholat shubuh lagi” aku pun kebingungan.
“Umi kan sudah bangunkan dari tadi shubuh, tapi telingamu ini tak mendengar” sambil menjewer telingaku
“Maaf umi.. “ sesalku sambil ku pegang telingaku yang mulai memerah akibat jewerannya umi
“Kalau sudah terlambat seperti ini, siapa yang akan kamu salahkan, masa
kamu salahkan umi nanti” nasihatnya membuat hatiku berdebar-debar.
Aku terdiam mendengar perkataan umi, aku pun sangat menyesal tak pernah mendengarkan nasihat umi.
“Cepatlah bersiap-siap, Abi sudah menunggumu dari tadi” perintahnya tegas padaku.
“Abi?? Bukannya Abi sudah berangkat kerja? Tanyaku keheranan.
“Hari ini Abi berangkat jam 7, jadi kamu bisa berangkat bersama Abi,
cepat bersiap nanti Abi juga bisa terlambat” jelas umi sambil pergi
untuk mempersiapkan sarapan.
Setelah selesai, aku pergi bersiap untuk sarapan. Sesudah itu, segera
aku berangkat sekolah dan tak lupa mencium tangan umi sambil mengucapkan
salam. Abi mengemudikan mobil sangat cepat, jarak rumah ke sekolah
lumayan cukup jauh dan untungnya, sekolahku dengan tempat kerja Abi
lumayan berdekatan jadi kemungkinan Abi pun tak akan terlambat masuk
kerja. Ketika di mobil, Abi tak berbicara sedikit pun, Abi terus saja
melihat ke arah jam.
“Hmmm abi aku boleh tanya sesuatu?” Tanyaku pelan.
“Iya boleh tanya apa nak?” Jawabnya singkat.
“Kalau kita berniat sholat shubuh, tapi malah kesiangan, bagaimana? Tanyaku malu sekali.
“Kenapa? Kamu kesiangan sholat shubuh lagi? Tanyanya tegas.
“Iya Abi... Yang kemarin aja belum di ganti, eh sekarang malah kesiangan lagi”
“Sebaiknya segera kamu qodo di waktu itu juga, namanya orang kesiangan
kan bukan hal yang disengaja. Tapi, kejadiannya, kamu sudah umi
bangunkan dari shubuh, tidak segera bangun, akhirnya malah mimpi buruk
kan? Jelasnya.
“Kok Abi bisa tahu?” Tanyaku keheranan.
“Umi tadi bilang sama Abi! dengar ya nak, sholat itu penting apalagi
sholat wajib ketinggalan satu waktu saja, kamu akan rugi besar dunia dan
akhirat apalagi sampai sengaja meninggalkannya” nasihat abi yang jelas
dan lugas, semakin membuat hatiku tidak tenang.
Tidak terasa percakapan kami memakan waktu yang cukup lama. Dan akhirnya
sampai di sekolahku. “ lain kali jangan kesiangan lagi!!” Abi
mengingatkanku kembali. “ iya abi” jawabku sangat pelan aku takut
temanku mendengarnya. Lalu, Aku mencium tangan abi dan mengucapkan
salam. Abi pun segera pergi berangkat kerja. “ anak Macam apa aku ini,
tidak mensyukuri bahwa umi dan abi sangat sayang padaku, mereka tak
henti-hentinya menasihati ku, tapi aku sering tak mendengarkannya”
menggerutu dalam hati. Aku pun berjalan menuju kelas dan masih saja
menyesali perbuatanku selama ini. Ketika aku melihat ke arah mading,
disana ramai sekali.
“Nisaaaa.... Siniiii” panggil salah satu temanku bernama maya anaknya cantik, baik, bawel, humoris, dan pintar.
“Ada apa??” Segera aku berjalan menghampirinya.
“Coba lihat ini bagus untukmu” sambil menunjukkan ke salah satu kertas yang berisi perlombaan hafiz Alqur’an.
“Pantas saja ramai ternyata ada perlombaan” ucapku singkat.
“Kamu ikutan yaaa?” Bujuk maya padaku.
“Kenapa harus aku, kamu saja yang ikut lomba” jawabku ketus.
“Belum ada satu juz pun yang aku hafal, disini tertulis persyaratan
mengikuti lomba minimal sudah hafal 5 juz, kamu kan insyaAlloh 15 juz
sudah hafal” jelasnya sambil tersenyum.
“Dari mana kamu tahu kalau aku bisa menghafal 15 juz alqur’an?” Tanyaku
keheranan padahal aku tidak pernah menceritakan kepada siapapun hanya
umi dan abi saja yang tahu.
“Kamu ingat gak waktu pertama kali masuk sekolah, kita pernah di test
membaca Alqur’an? Lalu, ibu Sukma menyuruhmu tanpa melihat Alqur’an dan
MasyaAlloh kamu sangat hafal baca’annya sampai tajwidnya juga bagus
banget” pujinya.
“Hehehe... Sudahlah.. Tapi, bagaimana kamu bisa yakin kalau sekarang aku sudah hafal setengah juz?”
“Ya elah.. Itu mah gampang banget, dari cara ngomong aja udah keliatan
kalau kamu sering baca Alqur’an, makanya aku yakin banget pasti sekarang
kamu sudah hafal setengah juz atau sudah 30 juz ya?” Paksanya membuatku
harus mengakui.
“Belum kok.. Do’akan saja ya” jelasku singkat
“Makanya kamu ikutan ya, aku yakin pasti kamu Menang, kamu gak mau
mengasah kemampuanmu? Aku pernah mendengar ceramah dari seorang ustad
dia menyampaikan sabda Rasulluloh SAW : ”Siapa yang membaca Al Qur’an,
mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya
pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang
tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di
dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?”
Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk
mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim)…” begitu nis penjelasannya, maaf
ya gak ada maksudku menggurui, kamu gak mau mempersembahkan jubah
kemuliaan buat kedua Orangtuamu nanti nis? Itu bisa jadi tabungan
Akhirat buat umi dan abimu loh nis termasuk kamu juga?” Bujuk dan
nasihatnya menumbuhkan semangatku.
“Hmmm... InsyaAlloh aku ikut. Kamu juga jangan cuma nasihatin aku doang” sindirku halus.
“Sebenarnya aku juga mau ikutan tapi.. Aku kan belum hafal satu juz pun nis, InsyaAlloh kalau nanti ada kesempatan aku ikut”
“Ya sudah.. Aku do’akan semoga kamu juga bisa menghafal 30 juz sekaligus Aaamiiiin”
“Aaamiiiiin ya Alloh ya Robbal Alamin.. Cepat daftar ke bu Sukma ( guru PAI) pendaftarannya besok paling telat lho”
“Iya.. Tapi kamu antar aku ya aku malu soalnya hehe”
“Huuuu iya iya nanti aku antar, apa sih yang enggak buat sahabatku ini” sambil memeluk pundakku
“Apa sih kamu tuh Lebay” ucapku ketus.
Lalu, aku pun segera mendaftarkan diri mengikuti perlombaan, ternyata
banyak sekali yang sudah mendaftar, aku berada di urutan paling bawah.
Alhamdulilah ada banyak sekali yang berminat mengikuti perlombaan ini.
Hadiahnya memang cukup menggiurkan. Juara III hadiahnya uang sebesar 1
juta + 1 buah Alqur’an beserta tajwidnya, juara II hadiahnya uang
sebesar 2 juta + 1 buah Alqur’an beserta tajwidnya, juara I hadiahnya
uang sebesar 4 juta + 1 buah Alqur’an beserta Tajwid dan akan diajak ke
Kairo selama 1 bulan untuk mempelajari Alqur’an lebih dalam lagi bersama
hafizh Alqur’an yang lainnya. MasyaAlloh.. Tapi, aku berniat mengikuti
lomba ini bukan untuk berlomba-lomba mendapatkan hadiah, melainkan untuk
mengasah kemampuanku dan semoga ini menjadi tabungan untuk kedua
orangtuaku kelak. Kalau menang atau kalah itu urusan belakangan yang
terpenting ikhtiar dan berdo’a dulu, jangan lupa do’a dari kedua
orangtua itu lebih penting dari segalanya.
Sesampainya dirumah, aku meminta izin mengikuti lomba hafizh Alqur’an
kepada Umi dan Abi, mereka sangat mendukung bahkan mereka membelikanku
Alqur’an yang sangat lengkap ada tafsir dan Tajwidnya lagi. Aku pun
sangat bersemangat mengikuti perlombaan ini. Hari demi hari telah ku
lewati, dan Akhirnya perlombaan itu tiba. Lokasi perlombaan itu, berada
di mesjid sekolahku. Aku pun sangat deg-degan dan gugup, pasti banyak
yang melihatnya.
“Aduuuuuh kok tiba-tiba perasaanku jadi gak karuan gini.. Aku gugup may” ucapku sambil mondar-mandir dan memegang dadaku.
“Bismillah ya nis, tenangkan dirimu jangan gugup” ucap maya yang
berusaha menenangkanku. Tak lama kemudian, seorang ustad yang tak lain
adalah panitia perlombaan itu memanggil namaku. Hatiku semakin berdebar
kencang tubuhku mendadak panas dingin.
“Nis... Giliranmu ayooo semangat ya jangan lupa bismillah” maya yang
selalu menyemangatiku aku pun tak ingin membuatnya kecewa, aku pun
bangkit dan bersemangat
“Bismillah.. Do’akan aku ya may” sambil ku pegang tangannya dan dia pun memegang tanganku.
“Pasti aku do’akan nis.. Kamu bisa kok semangatt ya” lagi-lagi dia
menyemangatiku. Aku pun segera memasuki mesjid dan salah seorang panitia
muda mempersilakan aku masuk dan menunjuk ke arah mimbar. Ku berdiri
diatas mimbar, ku lihat banyak sekali juri dan panitia dan semua
teman-temanku menyaksikan perlombaan ini. Ketika ku mulai membacanya,
hatiku terasa tenang dan rasa gugup itu pun hilang seketika. Aku tak
menghiraukan orang-orang di sekelilingku, aku terus saja menikmati
lantunan ayat demi ayat yang sedang aku bacakan.
Pikiranku pun terasa jernih, kudengar suaraku begitu lirih dan merdu. Tak terasa air mata ini bercucuran dengan sendirinya.
Setelah juri mengetesku dengan sambungan ayat, Alhamdulilah aku bisa
menjawabnya dengan lancar. Dan lomba itu pun telah selesai. Sekarang
saatnya pengumuman pemenang hasil penilaian para juri, aku merasa tidak
yakin kalau aku akan menang, soalnya peserta yang lain jauh lebih baik
dariku. Tapi, aku pun teringat pertama kali aku berniat mengikuti
perlombaan ini jadinya aku tidak merasa khawatir lagi. Ketika ku dengar
namaku disebut dengan meraih peringkat ke dua dari 156 peserta Aku pun
tak menyangka kalau aku bisa memenangkan hafizh Alqur’an meskipun hanya
meraih juara kedua. Dan juara pertama di raih oleh rian teman sekelasku,
rian memang pantas menerimanya.
ceritanya menginspirasi bagus.
BalasHapus