Pages

Selasa, 09 April 2013

Part 2 DREAM HIGH (You should Paint My LIFE )

                Jemari tanganku terasa berat untuk aku gerakkan, pikiranku terasa tidak beraturan seperti ombak. Itu sangat perih. Aku berusaha membuka mataku secara perlahan“Aku dimana ?”tanyaku dalam hati. Aulia !! kenapa dia ada disini, dia tertidur. Aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku. Apa aku ada dirumah sakit ?.  tubuhku memang terasa berat, tetapi aku berusaha berdiri dan memindahkan Aulia yang tertidur lelap disebelah ku Ke tempat tidur “Apa dia yang menjaga ku”ungkapku dalam hati. “Kau !!!, apa kau tidak apa-apa ?”tanyanya sambil bangun dan mendekatiku, dia memegang kepalaku dan menanyakan nama nya. “apa kamu masih ingat aku ? siapa namaku ?”ucapnya. aku hanya tersenyum dan berkata “ Aulia….. Aulia Septriasari”. Dia langsung memelukku, dan saat itu dia malah menangis. Jujur saja selama ini aku tidak pernah melihat nya menangis si siapapun. Tetapi kenapa dia khawatir kepadaku ?. Beberapa hari setelah itu, dilaksanakan festival Band di SMA 1. Semua orang datang ke acara itu, aku sebenarnya tidak tertarik. Tetapi, Aulia tiba-tiba saja datang tanpa diduga menjemputku. “Mereka belum berubah” Teman sekelasku masih saja membenci Aulia, saat kami berdua datang mereka semua langsung menjauhi kami. “tidak terlalu masalah kan kalo dibenci ?, kita bisa nonton paling depan”ucap  Aulia kepadaku dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. “dia sangat berbeda “jujurku dalam hati. Acara Band terlihat sangat meriah, tetapi “ah, kenapa kepala ku sakit” Sakit sekali rasanya.”Aulia, aku kebelakang dulu ya”ucapku. Kepalaku terasa bergetar kuat, aku berlari mencari tempat sepi. “ada apa dengan dia ?”tanya Roni yang baru datang kepada Aulia. “tidak tahu”
                “Sakit !!!”gumamku sambil memegang kuat kepalaku yang terasa mau pecah. “ho ho” nafasku tidak beraturan, pandanganku berubah menjadi kabur. “darah !!” tiba-tiba saja darah menetes keluar dari hidungku. “apa yang terjadi ?” , cemas dan takut bercampur dalam rasa sakit. Aku mengambil sapu tangan yang ada disaku ku dan menutup hidungku yang masih mengeluarkan darah. Tidak ada satupun yang terpikir olehku. Aku berlari tidak karuan langkahku semakin lama semakin goyah, keseimbanganku mulai pudar.Untungnya, tubuh ini jatuh tepat di depan rumah Pak Gatot, salah seorang tetanggaku yang bekerja sebagai Dokter. “Nak, Jon !!!, kamu tidak apa-apa ?”ucap Pak Gatot menyadarkanku. Pak Gatot yang merasa khawatir dengan keadaanku, segera membawaku ketempat kerjanya di rumah sakit daerah. Aku menjalani pemeriksaan, dan kenyataan buruk mulai terasa jelas “Nak Jon, sepertinya luka di bagian belakang kepalamu cukup dalam. Dan luka itu mengganggu konsentrasi dan keseimbangan tubuhmu. “ ungkap Pak Gatot. “apa bisa sembuh ?”tanyaku. “Bapak rasa kecil kemungkinan untuk sembuh. Karena luka dikepala Nak Jon itu permanen dan jika dilakukan operasi mungkin keberhasilannya hanya 1 berbanding 8. “ucap Pak Gatot sambil memperlihatkan hasil ronsen pada kepalaku. “Sebaiknya  Nak Jon jangan memaksakan untuk melakukan sesuatu yang memeruhkan konsentrasi yang tinggi dan bapak harapkan Nak Jon jangan terlalu banyak memikirkan masalah. “ucap Pak Gatot lagi. Aku hanya menundukkan kepalaku, “kenapa ? kenapa harus aku ?”. “oh iya, tolong jauhi keramaian dan music untuk beberapa saat ini, Bapak khawatir jika hal itu dapat memperbesar kerusakan otak Nak Jon, Keramaian dan music memeruhkan konsentrasi. Jika terus dilakukan mungkin akan keluar darah lagi dari hidung atau mungkin pendengaran Nak Jon akan kacau” tegas Pak Gatot.
                Sejak saat itu, malam yang dihiasi bintang tak dapat lagi aku harapkan. Kurasa semua harap tentang senyum yang ingin aku lihat semakin memudar tertutup kabut. Mimpi terbesarku kini hanya lah angan ku saja, “aku ingin melihat dia tersenyum bahagia. Aku ingin semua orang bangga dengan apa yang dia lakukan. Dan aku ingin selalu menjadi orang pertama yang dia ingat, yang dia rindukan” jujurku dalam hati. Hanya itu yang kini ingin aku lakukan. “Hai bodoh !!, kenapa kau melihatku seperti itu ?”ucap Peter. Aku berjalan mendekatinya, tanganku menggenggam kuat kera bajunya “berhenti mengganggu Aulia !!!, dia hanya ingin berteman. “teriaku. “apa maksumu ?, cepat lepaskan “. Aku melepaskan genggaman tanganku, aku bersujud kepada Peter dan teman-teman kelasku yang ada pagi itu “aku mohon maafkan dia. Aulia memang wanita yang menjengkelkan tetapi itu caranya untuk mencari teman. Dia,,, dia tidak pernah mempunyai teman sebelumnya…..dia hanya sendirian, dia tidak memiliki orang yang berarti seperti kita. Ibu, Ayah maupun teman dia tidak memilikinya “ teriakku. Saat itu air mataku tak dapat ku bending. “kalian boleh memukulku. Tapi aku mohon maafkan dia. Dan aku mohon kalian mau menjadi temannya “ pintaku. “Kau !!!, apa yang kau lakukan ?”teriak Aulia sambil menarik paksa ku. “lepaskan !!!,” aku melepas paksa genggamannya. “Aku mohon”pintaku lagi. “ayo pergi !!”teriak Aulia lagi sambal menggenggam tanganku. Aku melepaskan kembali genggaman tangan Aulia. “apa yang kau lakukan ?”tanya Aulia. Di…dia menangis “Bodoh !!! Jono Martinus kau memang bodoh, aku membencimu”teriak Aulia meninggalkan ku. Aku tidak memperdulikannya “aku mohon pertimbangkan permintaanku itu” ucapku. Semua siswa kelas hanya terdiam saat aku melangkah pergi meninggalkan mereka. Beberapa hari setelah itu, aku selalu membolos. Orang tua ku tidak mengetahui apa pun termasuk tentang penyakitku. “Jon, kenapa kamu tidak sekolah ?”tanya Aulia kepada ku. “dari mana kamu tahu aku disini ?, dari Roni ?”tanyaku. “itu tidak penting. Aku sudah tahu keadaan mu saat ini, itu salahku kan ?. seharusnya aku tidak mendekatimu”ucap Aulia. “tidak ada hubungannya denganmu. Lebih baik kau pergi”ungkapku. “ini cacatan fisika minggu kemarin. Besok kita akan ulangan, aku harap kamu datang” ucap Aulia lagi. Dia memberikanku sebuah buku tulis, tetapi aku hanya diam. “ini Jon”ucapnya sambil meletakkan buku itu ditanganku. Aku menerima buku catatan itu, lalu membuang buku itu tepat didalam tempat sampah. “Jon” teriak Aulia sambil mengambil buku cacatan yang aku buang. Aku tidak memperdulikanya, langkahku berjalan tegar meninggalkan Aulia. “keras kepala“gumamku . Dia selalu bersih keras agar aku kembali kesekolah. Sampai suatu saat “Berhenti menggangguku !!!, kau punya kehidupan sendiri jangan ganggu aku” teriakku. Dia menangis lagi dihadapanku “memuakkan”gumamku jelas. Kali ini sepertinya dia menyerah. “Dream High…” hanphone tiba-tiba saja berbunyi. “halo…ini siapa ?”tanyaku. “cepat temui aku dibelakang SMA. Cepat !!!” teriak orang yang meneleponku. Aku merasa penasaran dengan orang yang meneleponku, langkah kaki ku kuarahkan tepat kearah lapangan yang ada dibelakang sekolah. “Apa yang kau lakukan sampai membuat Aulia menangis ?” teriak Roni sambil mengarahkan tinjunya tepat kearah perutku. Aku hanya diam, “aku memang pantas untuk dipukul “. “Kau juga menyukai Aulia kan ? “tanya Roni. “jika kau menyukainya, seharusnya kau tidak membuatnya menangis”ucap Roni sambil menarik rambutku dan menatapku. Dia hanya mengatakan itu, Roni pergi setelah memberikan selembar kertas kepadaku. “Jon aku menunggumu besok ditempat pertama kali aku menangis dihadapanmu. Tolong datang, “ Cuma itu yang tertulis dikertas itu. Hatiku terasa seperti telah menjadi batu, senyum yang tampak diwajahku hanya topeng dari kesedihanku. “Kurasa sifat wanita itu kini menjadi sifatku”ucapku.
                “Hujan ….hahaha” aku tertawa meski hati terasa perih. Hari ini memang hari yang berat bagiku, kedua orang tua ku telah mengetahui tentang penyakitku. Sebelum pajar datang Pak Gatot datang dan menceritakan semuanya kepada ayah dan ibu ku. Aku tidak bisa mencegah orang tua itu, padahal Pak Gatot sudah berjanji tidak akan menceritakan semua ini kapada kedua orang tuaku. “tapi kenapa ?”. “Jono !!!”teriak seseorang dari arah hujan yang turun dengan derasnya. “Jon, tolong jangan kecewakan dia !!!” teriak nya lagi. Terdengar suara motor yang pergi melaju semakin jauh, “siapa orang aneh itu ?”. Jam dinding telah menunjukkan pukul 12 siang. Tetapi tiada tampak sinar matahari di langit yang ada hanya deru hujan yang terus menetes. “ah, kepalaku lagi-lagi sakit”, nafasku kembali tidak teratur dan ….darah kembali menetes keluar dari hidungku. Aku bergegas kekamar mandi, “jangan sampai orang tua ku tahu, meraka pasti jadi tambah khawatir”pikirku. Aku melihat diriku dicermin, begitu rapuh, begitu bodoh dan begitu payah. Aku mencoba tersenyum seolah menyapa bayanganku yang ada dicermin. “Aulia !!!”teringatku. “Astafirrullah, kenapa selalu wanita itu yang aku ingat”, darah keluar kembali dari hidungku. “aku harus menemuinya “pikirku. Aku keluar secara diam-diam, hujan masih menetes dengan derasnya “dingin”. AULIA !!!, itu yang ada dibenakku. Aku berlari menghantam deru hujan yang menghadang. Berat rasanya, perih dan menyakitkan. Kepalaku semakin terasa menyakitkan, darah kembali keluar dari hidungku, dan pendengaranku pun semakin tidak jelas. Langkah kakiku semakin rapuh, “alhamdullilah, aku sampai” dia masih menungguku. “Bodoh, kenapa kau masih disini ?”teriakku kepada Aulia yang duduk menungguku. “Kau yang Bodoh, kenapa kau kesini ?”Aulia membalas teriakkanku. Dia tersenyum , “tolong jangan lepas pelukanmu” pintaku sambil memeluknya. Setelah itu entah apa yang terjadi. Mataku terasa berat untuk dibuku, yang aku dengar hanya teriakkan seseorang yang aku suka “Aulia”, dia terus memanggilku.
                “Kenapa kau tidur disini lagi ?” tanyaku pada Aulia yang menjagaku semalaman. “Eh, kau sudah sadar . kau tidak apa-apakan?” tanya Aulia cemas. “tentu saja tidak”ucapku. “hai Jon, kau sudah sadar?”ucap Peter yang tiba-tiba masuk. “sepertinya sudah sehat “ucap Nanda, “Jon kami minta maaf ya. Kami rasa itu memang salah kami. Aulia kau mau kan menerima kami semua menjadi temanmu”ungkap Peter, Nanda dan teman-teman sekelas yang menjengukku. “tentu”hanya itu yang Aulia katakan. dia tersenyum kearahku “kenapa kau senyum-senyum ?, lagi sakit gigi ya “ucapku sambil tertawa. Semua orang yang ada disana terlihat begitu akrab,aku sangat puas bisa melihat semua temanku termasuk Aulia bahagia. Aulia kini tinggal bersamaku, kurasa hidupku kembali berwarna. Penyakit ini terasa sudah biasa bagiku, asalkan aku punya mereka semua yang menyayangiku kurasa itu adalah obat yang ampuh untuk menghancurkan penyakit ini. “Aulia !!, Jon mana Aulia ?”tanya Roni kepadaku. “ada apa kau kesini?” ucapku. “Bukan urusanmu “ucap Roni sambil mengetuk pintu kamar Aulia, dia seolah tidak menghiraukan keberadaanku. “Maksudmu apa ?, cepat jawab ada perluh apa kau dengan Aulia ?”teriakku. dia masih tidak menghiraukanku. “Hentikan Jon !!!”teriak Aulia. “aku hanya minta temani Roni ketoko buku kok, jangan cemburu ”ungkap Aulia. “aku cemburu “gumamku dalam hati. Aulia menarik dan menggenggam tangan Roni, “A w w”ucapku pelan. Saat mereka melangkah keluar, aku melihat dompet Aulia terjatuh tidak sengaja terjatuh. “Eh, ini potoku kan ? kenapa dia menyimpan potoku ?”ucapku dalam hati ketika membuka dompet milik Aulia. “Eh, Jon itu dompetku”ungkap Aulia yang kembali masuk kedalam rumah. “kau tidak membuka dompetku kan “ ucap Aulia dengan mata agak dipicingkan. “tidak”, “baguslah kalo begitu, aku pergi dulu ya. “ucap Aulia lagi sambil tersenyum. Aku berharap apa yang aku sangka benar adanya, “dia juga menyukaiku”

0 komentar:

Posting Komentar