Jemari
tanganku terasa berat untuk aku gerakkan, pikiranku terasa tidak beraturan
seperti ombak. Itu sangat perih. Aku berusaha membuka mataku secara perlahan“Aku
dimana ?”tanyaku dalam hati. Aulia !! kenapa dia ada disini, dia tertidur. Aku
merasa ada yang aneh dengan tubuhku. Apa aku ada dirumah sakit ?. tubuhku memang terasa berat, tetapi aku
berusaha berdiri dan memindahkan Aulia yang tertidur lelap disebelah ku Ke
tempat tidur “Apa dia yang menjaga ku”ungkapku dalam hati. “Kau !!!, apa kau
tidak apa-apa ?”tanyanya sambil bangun dan mendekatiku, dia memegang kepalaku
dan menanyakan nama nya. “apa kamu masih ingat aku ? siapa namaku ?”ucapnya.
aku hanya tersenyum dan berkata “ Aulia….. Aulia Septriasari”. Dia langsung
memelukku, dan saat itu dia malah menangis. Jujur saja selama ini aku tidak
pernah melihat nya menangis si siapapun. Tetapi kenapa dia khawatir kepadaku ?.
Beberapa hari setelah itu, dilaksanakan festival Band di SMA 1. Semua orang
datang ke acara itu, aku sebenarnya tidak tertarik. Tetapi, Aulia tiba-tiba
saja datang tanpa diduga menjemputku. “Mereka belum berubah” Teman sekelasku
masih saja membenci Aulia, saat kami berdua datang mereka semua langsung
menjauhi kami. “tidak terlalu masalah kan kalo dibenci ?, kita bisa nonton
paling depan”ucap Aulia kepadaku dengan
senyuman yang menghiasi wajahnya. “dia sangat berbeda “jujurku dalam hati.
Acara Band terlihat sangat meriah, tetapi “ah, kenapa kepala ku sakit” Sakit
sekali rasanya.”Aulia, aku kebelakang dulu ya”ucapku. Kepalaku terasa bergetar
kuat, aku berlari mencari tempat sepi. “ada apa dengan dia ?”tanya Roni yang
baru datang kepada Aulia. “tidak tahu”
“Sakit
!!!”gumamku sambil memegang kuat kepalaku yang terasa mau pecah. “ho ho”
nafasku tidak beraturan, pandanganku berubah menjadi kabur. “darah !!”
tiba-tiba saja darah menetes keluar dari hidungku. “apa yang terjadi ?” , cemas
dan takut bercampur dalam rasa sakit. Aku mengambil sapu tangan yang ada disaku
ku dan menutup hidungku yang masih mengeluarkan darah. Tidak ada satupun yang
terpikir olehku. Aku berlari tidak karuan langkahku semakin lama semakin goyah,
keseimbanganku mulai pudar.Untungnya, tubuh ini jatuh tepat di depan rumah Pak
Gatot, salah seorang tetanggaku yang bekerja sebagai Dokter. “Nak, Jon !!!,
kamu tidak apa-apa ?”ucap Pak Gatot menyadarkanku. Pak Gatot yang merasa
khawatir dengan keadaanku, segera membawaku ketempat kerjanya di rumah sakit
daerah. Aku menjalani pemeriksaan, dan kenyataan buruk mulai terasa jelas “Nak
Jon, sepertinya luka di bagian belakang kepalamu cukup dalam. Dan luka itu
mengganggu konsentrasi dan keseimbangan tubuhmu. “ ungkap Pak Gatot. “apa bisa
sembuh ?”tanyaku. “Bapak rasa kecil kemungkinan untuk sembuh. Karena luka
dikepala Nak Jon itu permanen dan jika dilakukan operasi mungkin keberhasilannya
hanya 1 berbanding 8. “ucap Pak Gatot sambil memperlihatkan hasil ronsen pada
kepalaku. “Sebaiknya Nak Jon jangan
memaksakan untuk melakukan sesuatu yang memeruhkan konsentrasi yang tinggi dan
bapak harapkan Nak Jon jangan terlalu banyak memikirkan masalah. “ucap Pak
Gatot lagi. Aku hanya menundukkan kepalaku, “kenapa ? kenapa harus aku ?”. “oh
iya, tolong jauhi keramaian dan music untuk beberapa saat ini, Bapak khawatir
jika hal itu dapat memperbesar kerusakan otak Nak Jon, Keramaian dan music
memeruhkan konsentrasi. Jika terus dilakukan mungkin akan keluar darah lagi dari
hidung atau mungkin pendengaran Nak Jon akan kacau” tegas Pak Gatot.
Sejak
saat itu, malam yang dihiasi bintang tak dapat lagi aku harapkan. Kurasa semua
harap tentang senyum yang ingin aku lihat semakin memudar tertutup kabut. Mimpi
terbesarku kini hanya lah angan ku saja, “aku ingin melihat dia tersenyum
bahagia. Aku ingin semua orang bangga dengan apa yang dia lakukan. Dan aku
ingin selalu menjadi orang pertama yang dia ingat, yang dia rindukan” jujurku
dalam hati. Hanya itu yang kini ingin aku lakukan. “Hai bodoh !!, kenapa kau
melihatku seperti itu ?”ucap Peter. Aku berjalan mendekatinya, tanganku
menggenggam kuat kera bajunya “berhenti mengganggu Aulia !!!, dia hanya ingin
berteman. “teriaku. “apa maksumu ?, cepat lepaskan “. Aku melepaskan genggaman
tanganku, aku bersujud kepada Peter dan teman-teman kelasku yang ada pagi itu
“aku mohon maafkan dia. Aulia memang wanita yang menjengkelkan tetapi itu
caranya untuk mencari teman. Dia,,, dia tidak pernah mempunyai teman
sebelumnya…..dia hanya sendirian, dia tidak memiliki orang yang berarti seperti
kita. Ibu, Ayah maupun teman dia tidak memilikinya “ teriakku. Saat itu air
mataku tak dapat ku bending. “kalian boleh memukulku. Tapi aku mohon maafkan
dia. Dan aku mohon kalian mau menjadi temannya “ pintaku. “Kau !!!, apa yang
kau lakukan ?”teriak Aulia sambil menarik paksa ku. “lepaskan !!!,” aku melepas
paksa genggamannya. “Aku mohon”pintaku lagi. “ayo pergi !!”teriak Aulia lagi
sambal menggenggam tanganku. Aku melepaskan kembali genggaman tangan Aulia.
“apa yang kau lakukan ?”tanya Aulia. Di…dia menangis “Bodoh !!! Jono Martinus
kau memang bodoh, aku membencimu”teriak Aulia meninggalkan ku. Aku tidak
memperdulikannya “aku mohon pertimbangkan permintaanku itu” ucapku. Semua siswa
kelas hanya terdiam saat aku melangkah pergi meninggalkan mereka. Beberapa hari
setelah itu, aku selalu membolos. Orang tua ku tidak mengetahui apa pun
termasuk tentang penyakitku. “Jon, kenapa kamu tidak sekolah ?”tanya Aulia
kepada ku. “dari mana kamu tahu aku disini ?, dari Roni ?”tanyaku. “itu tidak
penting. Aku sudah tahu keadaan mu saat ini, itu salahku kan ?. seharusnya aku
tidak mendekatimu”ucap Aulia. “tidak ada hubungannya denganmu. Lebih baik kau
pergi”ungkapku. “ini cacatan fisika minggu kemarin. Besok kita akan ulangan,
aku harap kamu datang” ucap Aulia lagi. Dia memberikanku sebuah buku tulis,
tetapi aku hanya diam. “ini Jon”ucapnya sambil meletakkan buku itu ditanganku.
Aku menerima buku catatan itu, lalu membuang buku itu tepat didalam tempat
sampah. “Jon” teriak Aulia sambil mengambil buku cacatan yang aku buang. Aku
tidak memperdulikanya, langkahku berjalan tegar meninggalkan Aulia. “keras
kepala“gumamku . Dia selalu bersih keras agar aku kembali kesekolah. Sampai
suatu saat “Berhenti menggangguku !!!, kau punya kehidupan sendiri jangan
ganggu aku” teriakku. Dia menangis lagi dihadapanku “memuakkan”gumamku jelas.
Kali ini sepertinya dia menyerah. “Dream High…” hanphone tiba-tiba saja
berbunyi. “halo…ini siapa ?”tanyaku. “cepat temui aku dibelakang SMA. Cepat
!!!” teriak orang yang meneleponku. Aku merasa penasaran dengan orang yang
meneleponku, langkah kaki ku kuarahkan tepat kearah lapangan yang ada
dibelakang sekolah. “Apa yang kau lakukan sampai membuat Aulia menangis ?”
teriak Roni sambil mengarahkan tinjunya tepat kearah perutku. Aku hanya diam,
“aku memang pantas untuk dipukul “. “Kau juga menyukai Aulia kan ? “tanya Roni.
“jika kau menyukainya, seharusnya kau tidak membuatnya menangis”ucap Roni
sambil menarik rambutku dan menatapku. Dia hanya mengatakan itu, Roni pergi
setelah memberikan selembar kertas kepadaku. “Jon aku menunggumu besok ditempat
pertama kali aku menangis dihadapanmu. Tolong datang, “ Cuma itu yang tertulis
dikertas itu. Hatiku terasa seperti telah menjadi batu, senyum yang tampak
diwajahku hanya topeng dari kesedihanku. “Kurasa sifat wanita itu kini menjadi
sifatku”ucapku.
“Hujan
….hahaha” aku tertawa meski hati terasa perih. Hari ini memang hari yang berat
bagiku, kedua orang tua ku telah mengetahui tentang penyakitku. Sebelum pajar
datang Pak Gatot datang dan menceritakan semuanya kepada ayah dan ibu ku. Aku
tidak bisa mencegah orang tua itu, padahal Pak Gatot sudah berjanji tidak akan
menceritakan semua ini kapada kedua orang tuaku. “tapi kenapa ?”. “Jono
!!!”teriak seseorang dari arah hujan yang turun dengan derasnya. “Jon, tolong
jangan kecewakan dia !!!” teriak nya lagi. Terdengar suara motor yang pergi
melaju semakin jauh, “siapa orang aneh itu ?”. Jam dinding telah menunjukkan
pukul 12 siang. Tetapi tiada tampak sinar matahari di langit yang ada hanya
deru hujan yang terus menetes. “ah, kepalaku lagi-lagi sakit”, nafasku kembali
tidak teratur dan ….darah kembali menetes keluar dari hidungku. Aku bergegas
kekamar mandi, “jangan sampai orang tua ku tahu, meraka pasti jadi tambah khawatir”pikirku.
Aku melihat diriku dicermin, begitu rapuh, begitu bodoh dan begitu payah. Aku
mencoba tersenyum seolah menyapa bayanganku yang ada dicermin. “Aulia
!!!”teringatku. “Astafirrullah, kenapa selalu wanita itu yang aku ingat”, darah
keluar kembali dari hidungku. “aku harus menemuinya “pikirku. Aku keluar secara
diam-diam, hujan masih menetes dengan derasnya “dingin”. AULIA !!!, itu yang
ada dibenakku. Aku berlari menghantam deru hujan yang menghadang. Berat
rasanya, perih dan menyakitkan. Kepalaku semakin terasa menyakitkan, darah
kembali keluar dari hidungku, dan pendengaranku pun semakin tidak jelas.
Langkah kakiku semakin rapuh, “alhamdullilah, aku sampai” dia masih menungguku.
“Bodoh, kenapa kau masih disini ?”teriakku kepada Aulia yang duduk menungguku.
“Kau yang Bodoh, kenapa kau kesini ?”Aulia membalas teriakkanku. Dia tersenyum ,
“tolong jangan lepas pelukanmu” pintaku sambil memeluknya. Setelah itu entah
apa yang terjadi. Mataku terasa berat untuk dibuku, yang aku dengar hanya
teriakkan seseorang yang aku suka “Aulia”, dia terus memanggilku.
“Kenapa
kau tidur disini lagi ?” tanyaku pada Aulia yang menjagaku semalaman. “Eh, kau
sudah sadar . kau tidak apa-apakan?” tanya Aulia cemas. “tentu saja tidak”ucapku.
“hai Jon, kau sudah sadar?”ucap Peter yang tiba-tiba masuk. “sepertinya sudah
sehat “ucap Nanda, “Jon kami minta maaf ya. Kami rasa itu memang salah kami.
Aulia kau mau kan menerima kami semua menjadi temanmu”ungkap Peter, Nanda dan
teman-teman sekelas yang menjengukku. “tentu”hanya itu yang Aulia katakan. dia
tersenyum kearahku “kenapa kau senyum-senyum ?, lagi sakit gigi ya “ucapku
sambil tertawa. Semua orang yang ada disana terlihat begitu akrab,aku sangat
puas bisa melihat semua temanku termasuk Aulia bahagia. Aulia kini tinggal
bersamaku, kurasa hidupku kembali berwarna. Penyakit ini terasa sudah biasa
bagiku, asalkan aku punya mereka semua yang menyayangiku kurasa itu adalah obat
yang ampuh untuk menghancurkan penyakit ini. “Aulia !!, Jon mana Aulia ?”tanya
Roni kepadaku. “ada apa kau kesini?” ucapku. “Bukan urusanmu “ucap Roni sambil
mengetuk pintu kamar Aulia, dia seolah tidak menghiraukan keberadaanku. “Maksudmu
apa ?, cepat jawab ada perluh apa kau dengan Aulia ?”teriakku. dia masih tidak
menghiraukanku. “Hentikan Jon !!!”teriak Aulia. “aku hanya minta temani Roni
ketoko buku kok, jangan cemburu ”ungkap Aulia. “aku cemburu “gumamku dalam
hati. Aulia menarik dan menggenggam tangan Roni, “A w w”ucapku pelan. Saat
mereka melangkah keluar, aku melihat dompet Aulia terjatuh tidak sengaja terjatuh.
“Eh, ini potoku kan ? kenapa dia menyimpan potoku ?”ucapku dalam hati ketika
membuka dompet milik Aulia. “Eh, Jon itu dompetku”ungkap Aulia yang kembali
masuk kedalam rumah. “kau tidak membuka dompetku kan “ ucap Aulia dengan mata
agak dipicingkan. “tidak”, “baguslah kalo begitu, aku pergi dulu ya. “ucap
Aulia lagi sambil tersenyum. Aku berharap apa yang aku sangka benar adanya,
“dia juga menyukaiku”
0 komentar:
Posting Komentar