Pages

Selasa, 09 April 2013

My name is Joni Martinus

By. John

                Ketika sang bulan menghentak dan pergi selintas tampak jelas keindahan suasana malam yang terkadang tak dapat dirasakan disetiap waktu, “ indah juga”. Suara hewan malam menjadi sahabat yang tepat untuk menghilangkan semua rasa lelah, “kenapa aku selalu melakukan semua hal ini, andai saja ada waktu dimana aku bisa bebas melakukan apapun tanpa harus pergi kesekolah”. Harus selalu mencoba tersenyum dan ikut tertawa meski hal yang ditertawakan tidak pernah lucu, malah terbilang menyakitkan. “Kakak !!!” teriak Ani
                “Ada apa sih ? pake acara teriak-teriak”
                “Kok belum pergi ?. ayo kak. nanti pengajiannya keburu mulai “
                “Oh iya.. duluan saja dek, kakak mau mandi dulu”
                “iih… jorok, udah malam kak. Memangnya dari tadi apa kerjanya sih”
                “Cerewet. Rumit juga punya adek kayak kamu ini. Duluan saja sana”
                “iya-iya kakak jorok” ucap Ani bergegas pergi kerumah Pak Haji Ahmad.
               
                Jam dinding sudah menunjukkan jam 7 lewat 30 menit. “Brrrrr !!” suasana terang bulan diiringi lanturan suara hewan malam membuat tubuh menggigil. “anginnya terasa menusuk” gumam Joni pelan sambil memakai pakaian. “Ibu aku pergi dulu. Assalamualaikum “.

Malam yang dingin itu membuat suasana yang hening menjadi semakin mencekam, sarung yang dipakai Joni terlihat semakin lama semakin ditarik kuat hingga betis yang tak berbulu halus tampak menyilaukan, untungnya lampu jalan yang biasanya bersinar cerah akhir-akhir ini sudah tidak ada. “ ada juga ya yang mau maling lampu jalan ?”. Angin malam yang menyait kulit dan suara binatang malam yang berpesta riah ditambah bulan yang bersinar terang tanpa bintang membuat langkah Joni semakin was-was “Ya Allah lindungilah hamba-Mu yang manis ini, aku kan Cuma mau pergi ngaji enggak macam-macam”. Tiba-tiba ada suara langkah kaki yang mendekat dan sebuah sentuhan muncul tanpa diduga dari arah belakang Joni. “Se…se…setan ya ?, tapi kok tangannya hangat” ucap Joni pelan
“Hai Jon”terdengar suara lembut dari pemilik tangan yang menyentuh Joni.
Joni yang masih diselimbuti rasa takut memaksakan leher nya untuk menoleh kearah belakang “Andri !!??”teriak Joni lega.”Alhamdullilah bukan setan, untuk Cuma cucunya”. Suasana yang mencekam tlah berubah sedikit demi sedikit.
“Enak saja, kamu yang cucunya setan”
“tangkis, sekarep mu saja. Jelek-jelek begini aku bukan setan” Joni membanding-bandingkan”kalo mirip sih, dikit”
“hahaha, bagus jujur lebih baik”. Joni menatap tajam kearah Andri yang tertawa lepas “Kamu mau kemana ? jangan-jangan kamu ngikutin saya ya ?”
Andri yang tadinya tertawa lepas langsung diam seolah membalas tatapan Joni”Aku mau kerumah Pak Haji Ahmad, mau belajar ngaji. Kamu mau kemana?”
“aku juga mau kesana. Kamu anak baru ya ?”tanya Joni sambil berjalan santai, sesekali dia tertawa kecil sambil melihat kearah Andri
“Iya, boleh kenalan ?”tanya Andri iseng
“Boleh, nama gue John Anderson, kalo nama Lho siapa  ?” balas Joni
“Gue ?. lho tanya gue. Kenalin Gue Jastin” balas Andri tak kalah gilanya.
“Kalian aneh, habis kesurupan ya ?”ujar Ani yang tiba-tiba muncul dari arah belakang. “Aku duluan Kak”
Joni dan Andri hanya terdiam malu. “Eh, Kok baru pergi ?”tanya Joni kepada adek nya
“Aku tadi kerumah Ibu aminah dulu. Ngambil uang kue yang kemarin”
“Oh gitu”
“duluan ya Kak, aku gak mau barengan dengan kakak nanti kesurupan juga” ucap Ani sambil tertawa
“Cerewet”

Langkah Joni dan Andri terhenti tepat didepan pintu rumah Pak Haji Ahmad hadin, malam itu suasana rumah berbeda dari malam-malam sebelumnya, sepi dan agak gelap, nampaknya lampu jalan Pak Haji juga dimaling. Tiba-tiba terdengar suara seorang cewek membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Suaranya sungguh merdu, lantunan ayat suci yang dibacakannya membuat suasana yang hening dan sepi berubah menjadi lebih indah, Subhanallah.
 “Assalamualaikum”ucap Joni dan Andri kompak. Suara yang menyentuh hati yang terdengar tiba-tiba hilang dan berganti dengan langkah kaki yang semakin lama semakin mendekat “Waalaikumsalam”balas seorang cewek yang memakai jilbab pink.
“Jon, ada bidadari” bisik Andri
Joni menerawang dan melihat kearah wanita berjilbab yang ada didepannya “Fatimah ya ?”
“Iya Jon” balas wanita itu dengan lembut. Terjadi acara tatap menatap, Andri yang nampaknya terpanah dengan sosok Fatimah memandangnya dengan penuh kefockusan
“Ada apa?, ada yang salah ya sama pakaianku ?”tanya Fatimah kepada Andri. Andri masih terdiam, matanya tak berkedip. “Ngucap Dri” ucap Joni sambil memukul pundak Andri. 
“Nah, Kok Cuma diam di depan pintu. Cepat masuk, kita mulai saja pengajiannya”ucap Pak Haji  yang datang dari arah belakang Fatimah.
“Eh, Iya Pak” ucap Andri yang baru tersadar.


“Tok…tok…tok…” pintu kamar Joni diketok dari luar
                “aduh, siapa sih yang tidak tahu diri ? pagi-pagi buta begini ngetuk-ngetuk pintu kamar orang”pikir Joni sambil menutup mukanya dengan bantal.
                “Kak. Kakak, bangun dong !!!”
                “Berisik !!!!”
                “Kakak jorok, bangun !. udah jam 7 tuh”
                “Masa?” tanya Joni tak percaya
                “Aku duluan ya kak. Aku berangkat sama ayah saja”
                Setelah beberapa menit Joni baru tersadar “sudah jam 7”.  “Bu Ani sudah pergi ya ?”
                “Sudah dari tadi, sudah bangun ya ?. Ibu pikir sudah tidak mau bangun lagi” ucap Ibu Joni.
                Tak ada sahutan dari Joni, dia tampak kacau “Bu aku pergi. Assalamualaikum”. Motor Joni langsung melaju cepat menuju SMA N 1 Bakti tempat Joni bersekolah.
                “Jon, kamu tidak mandi ya ?” Tanya Ibunya

“Joni Martinus ???, Joni ?, Joni mana ?”tanya Pak Satrio mengecek daftar kehadiran sisiwa. “Belum datang Pak” jawab Putra, salah seorang sisiwa. Joni tiba-tiba muncul dengan bercucuran keringat. “maaf Pak, motor saya tadi mogok”. Deni berjalan masuk kekelas dengan langkah pelan, tangannya masih menggenggam kuat  tasnya yang hitam dan tampak kumuh. “Mau kemana ?. cepat keluar !, jangan masuk selama jam pelajaran Bapak mengerti !!”
                “tapi Pak …”terdengar nada lelah dan lemah “ cepat keluar !!!” teriak Pak Satrio untuk yang kedua kali. Buku daftar hadir yang ada ditangan Pak Satrio seakan siap mendarat ke tubuh Joni yang kurus dan hitam. Ini bukan yang pertama kalinya Joni terlambat datang pada pelajaran Pak Satrio, mungkin ini yang ketiga kalinya. “Baik Pak..” Joni berjalan pelan keluar kelas. “Baiklah kita lanjutkan …” langkah kaki Joni berbalik menuju Pak Satrio “Maaf Pak, maaf kalo aku buat Bapak marah. Tapi jika Bapak jadi aku Bapak juga akan merasa sedih. Aku berjuang untuk datang kesekolah ini, aku harus mendorong motorku yang mogok. Tapi setelah aku datang aku malah di usir keluar dari kelas. Aku yakin Bapak pernah merasakan hal yang aku rasakan. Berusaha datang kesekolah tapi setelah sampai malah seperti ini. Maaf ya Pak”.
                “Maksud nya ?”tanya Pak Satrio bingung. Semua siswa yang memperhatikan Joni hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkahnya. “bukan apa-apa Pak, aku hanya ingin mengatakan apa yang sedang aku rasakan. Aku keluar dulu ya Pak.”  Joni menghela nafas dan berjalan keluar. “Tunggu dulu, mau kemana ?. “ Joni berhenti berjalan. “Cepat duduk, pelajarannya sudah mau dimulai”
                “Iya Pak” Joni tersenyum dan bergegas menuju tempat duduknya,” jangan sampe Pak Satrio berubah pikiran”gumamnya pelan.  Joni  mengeluarkan buku pelajarannya, seperti biasanya mata Joni terlihat serius mendengarkan Pak Satrio menerangkan pelajaran. “ Kamu memang gila Jon, ada juga orang yang berani macam kamu.” Ucap Toni teman sebangku Joni. “Iya benar, sejarah kan selama ini tidak ada yang berani berbicara kayak gitu sama Pak Satrio”tambah Putra dari belakang. Joni hanya diam, pandangannya tidak tergoyangkan dari papan tulis. “Jon serius sekali, nampaknya kamu akan dapat nilai besar nih dari Pak Satrio ” ucap Putra yang salut sama Joni yang dari awal selalu memperhatikan pelajaran yang disampaikan. Padahal siswa satu sekolah pun tahu kalo pelajaran yang disampaikan Pak Satrio sangat membosankan, selalu teks book. Joni membuka buku catatannya sambil menulikan sesuatu, tangannya yang berkulit hitam bergerak seakan mengikuti permukaan kertas yang kasar. Joni memperhatikan Pak Satrio sambil tersenyum lalu menyerahkan buku catatannya kepada Putra.  Putra tampak heran dengan tulisan yang ada dicatatan Joni, setelah diteliti dengan seksama “Hehehe, sebenarnya aku tidak paham sama sekali, sebenarnya Pak Satrio sedang jelasin apa sih ? aku benar-benar tidak tahu” kata-kata itu jelas walau pun tampak samar-samar di buku catatan Joni yang dipenuhi tulisan aneh. Putra hanya nyengir sambil tertawa kecil. “ Nih bocah benar-benar gila”
                Saat jam Istirahat tampak Andri dan Joni sedang duduk santai didepan kelasnya, kelas X5 “Dre, kamu tahu tidak anak kelas X4 yang namanya Aulia ?” tanya Joni. “Tahu kok, yang ada lesung pipitnya itu ka ?”
                “Iya, ada nomor hp nya tidak”
                “M M M, kalo kamu mau no hp nya. Cariin aku nomor hp cewek yang tadi malam”
                “Maksudnya Ani ?”
                “Bukan Adek mu Jon. Yang dirumah Pak Haji”
                “Oh, Fatimah”
                “iya. Namanya Fatimah.”
                “Malas ah. Minta aja sendiri”   berdiri dan berjalan keluar. “Mau kemana Jon ?”
                “Ke kelas X4.”

                Aulia tampak sedang sibuk mengerjakan tugas. “Hai. “ ucap Joni sambil duduk disampingnya.
“Hai juga”balasnya dengan singkat. Aulia seakan tidak menghirau kan kehadiran Joni. “Boleh kenalan ?” tanya Joni. Aulia hanya diam.
                Joni mengambil pena dan buku yang ada ditangan Aulia. “ Boleh tidak ?”
                “Apa-apaan sih. Tidak  ada kerjaan “
                “boleh kenalan tidak”
                “tidak boleh. Sini kembalikan”
                “tidak mau”
                “dasar orang aneh. Kenapa belum masuk sih udah bel tau ?”
                “Malas. Ini bukunya, tapi penanya nanti aku kembalikan”
                Anak-anak kelas X4 berlarian masuk kekelas, suasana yang ribut seketika langsung menjadi sunyi. “Joni Martinus, kenapa belum masuk kekelasmu ?” tanya Pak Satrio yang masuk kekelas X4
                “Baru mau Pak.  Ini tadi cari pena dulu”
                “Kau. Penaku “ucap Aulia pelan
                “nanti aku kembalikan ya”

Hari itu memang benar-benar panas. Saat istirahat kedua, dikantin sudah tampak Radit, makluk penunggu setia kantin  “Bi satu mangkok lagi “. “Sudah berapa mangkok batagor nih ?” tanya Putra yang datang. “baru 3 mangkok”
                “Ngucap Dit, makan tadi baca doa tidak ?”tanya Joni sambil duduk disamping Radit. Sendok yang dipegang Radit berhenti bergerak, makanan yang ada dimulutnya pun berhenti dikunyah, dengan tangkas kedua tangannya di letak kan didepannya seperti sikap meminta. “Amin, sudah nih Jon”. “Aneh kau Dit” ujar Toni. Cuaca pagi memang lagi tidak bersahabat, Toni tampak sedang kekeringan karena suhu yang melewati 150 C, dua gelas teh manis habis dalam hitungan detik. “11  detik, hebat kamu Ton” ucap Putra yang memperhatikan Toni sambil sesekali melihat jam tangannya. Berbeda dengan Joni , dia lagi asik menyedot segelas teh manis sambil sesekali melihat kearah sekelompok cewek kelas X4 yang duduk manis di sebelah mejanya. “Jangan terus-terusan dilihat, tidak baik” Andri datang dengan gaya biasanya, dasi rapih, dan membawa sebuah buku. Joni melihat kearah Andri yang baru duduk didekat Toni. “Dri , bukumu kebalik”.
                “Eh, iya maaf lupa”
                “Lupa, atau lupa ?, kamu juga lagi lihat mereka kan ?. manis-manis ya anak kelas x4 ?”
                “iya sih manis-manis”tambah Toni. Putra dan Radit tampak lagi sibuk dengan taruhan mereka, kedua makluk itu lagi asik lomba secepatan makan soto ayam. Siapa yang kalah wajib membayar nya.
                Toni menggaruk-garuk kepalanya, tampak seperti mau bersiap-siap  mengerjakan setumpuk soal matematika. Toni berdiri, dia seperti baru mendapat kan ilham “Kita cari pacar yuk ?”
                “Malas “ ucap Andri dan Joni kompak.
                “dasar penakut, kenapa sih kalian takut dekatin wanita ?.”tanya Toni sambil duduk kembali, pandangannya  tampak kecewa.
                “Bukan mukrim, tidak baik “ balas Andri
                “Masa ?, kalo kamu Jon ?”
                “Malas saja. Gampang kalo mau cari pacar”
                “jangan Sok deh Jon.”
                “Kita taruhan saja, bagaimana ?”
                “Boleh, siapa yang punya pacar duluan dia yang menang”
                “Tidak menarik Ton. Begini saja, siapa yang bisa pacarin Aulia anak X4 dia yang menang ?”
                “Aulia yang duduk disanakan ?. yang cantik itu kan ?”
                “Iya. Kita taruhan keliling lapangan basket 10 keliling sambil pake bedak. Berani ?”
                “tentu saja “ ucap Toni denga tatapan tajam seolah-olah membalas tantangan Joni
                “aku tidak ikut-ikutan ya “ujar Andri yang duduk didekat Joni.

                Saat mengaji kerumah Pak Haji Ahmad, Andri tampak bersemangat. Sesekali dia melihat kearah Fatimah. “ngucap Dri, tidak baik melihat yang bukan mugrib lebih dari satu menit”
                “astafirullah. Eh, tumben perkataan mu benar Jon”
                “tentu saja, aku kan baru selesai ngaji”
Fatimah malam itu terlihat begitu berbeda, bukan hanya lantunan ayat-ayat Al-quran yang dibacakannya yang membuat Joni juga ikut-ikut tan selalu melihat kearah Fatimah. “Ngucap Jon, katanya tidak baik” tegur Andri. “Kalo tadi memang tidak baik, tapi sekarang tidak masalah. Kan sudah han ngajinya.”
Sebelum pulang Joni diminta tolong oleh Pak Haji untuk mengantarkan Fatimah pulang. Pengajiannya malam ini memang terlalu malam sebab pengajiannya dimulai sesudah isya. Andri yang mengharapkan kesempatan itu hanya bisa pasrah “terpaksa deh. Harus nemenin nenek lampir pulang” gumam Andri pelan. “Apa, nenek apa ?” tanya Ani . “bukan apa-apa”. Canda dan tawa menjadi kunci kedekatan Joni dan Fatimah. Entah angin apa yang membuat Fatimah malam itu terlihat begitu bahagia.” Malam yang indah” ungkap Joni. “Oh iya. Jon, besok boleh pergi kesekolah bareng. Kalo tidak keberatan”. Joni langsung menjawab “tentu saja boleh”

                “Prak…prukkk” terdengar suara aneh dari arah dapur. Ani yang terbangun bergegas memeriksa. “siapa itu ?”
                “Kucing “ terdengar suara membalas pertanyaan Ani
                “Oh Cuma kucing..” Ani berjalan kembali ketempat tidur. Badannya jatuh tepat diatas kasur. “Eh, kok kucing” Ani langsung berlari ke dapur. Sesosok bayangan hitam dibelakag pintu kamar mandi tampak samar-samar. Ani yang merasa takut, dengan cekatan mengambil sapu yang tepakir didekat gudang. Pintu kamar mandi terbuka perlahan, dan bayangan hitam itu mulai tampak jelas “Kakak ?”
                “Eh, kenapa kau ada didepan pintu kamar mandi ?. jangan-jangan mau ngintip ya ?”
                “Najis. Enak saja”  Gumam Ani sambil mencipitkan matanya
                “ Ini baru jam 4, belum subuh. Lebih baik tidur lagi sana”
                “Iya-iya-iya. Tumben banget bangun pagi “
                “Cerewet. “

                Ada hal aneh yang membuat Joni mau bangun pagi-pagi. Melawan rasa dingin yang tampak dari tetesan air. “Ani, kau pergi dengan Ayah saja ya. Kakak pergi bareng Fatimah, dia mau nebeng”
                “Pantas saja”gumam Ani pelan

Di sekolah, Toni berusaha keras untuk mendapatka Aulia. Semua rencana telah dilakukan oleh Toni tapi semuanya usaha kerasnya terbuang sia-sia. “susah banget meruntuhkan hatinya”. 33 cara dan 22 jurus telah gagal. Toni yang terus-terusan gagal terlihat putus asa. “ Ton bukan kayak gitu, dekatin cewek “
                “sok tahu kau Jon”
                “memang tahu” ucap Joni sambil berjalan menuju Aulia.
                “Joni Martinus !!!” teriak Pak Satrio. “mau kemana lagi. Bel masuk sudah bunyi, Cepat masuk kekelas mu !!”
                “iiiiiiyaa Pak” Joni memutar haluan dan berjalan menuju kelasnya “kenapa sih Pak Satrio selalu memanggil namaku lengkap, Joni saja kan cukup”gumam Joni dalam hati.

                Memang susah jika mendekati wanita tanpa modal dan persiapan yang mateng, apalagi  setiap wanita memiliki sifat yang berbeda.  Beberapa minggu telah berlalu namun semua cara untuk mendekati Aulia semuanya benar-benar Failed, gagal total. Joni dan Toni sudah lelah mendekati Aulia yang susah untuk diajak berteman. “kita ganti taruhan. Jangan Aulia deh” keluh Toni. “iya-iya, siapa yang duluan punya pacar dia menang”ungkap Joni member ide.
                Di rumah Joni yang hening dan sepi. Joni tampak santai sambil menghirup segelas teh hangat. “Assalamualaikum” terdengar suara cewek dari luar rumah. “Eh, kok ada cewek yang datang kesini ?. oh mungkin tetangga”pikir Joni sambil berjalan pelan menuju  pintu rumah “waalaikum sa…….” Joni yang membuka pintu sambil menggenggam kuat sarung kainnya hanya terdiam melihat sesosok cewek manis yang ada dihadapannya. “Ada apa kak, kok melihatnya kayak gitu”
                “Wa…waalaikumsalam, Eh. Fatimah kan ?” tanya Joni tidak percaya
                “Iya Jon, m m m Ibumu ada tidak Jon ?”
                “Ibu ?. Maaf Ibu tadi lagi pergi kerumah orang nikah”
                “Oh begitu, lebih baik aku pulang ya Jon,” Fatimah berjalan pelan sambil melangkah kearah motornya yang terparkir di depan halaman rumah Joni. “tunggu dulu, mending kamu tunggu didalam, sebentar lagi pulang kok. Rumahmu kan jauh juga dari sini, lagian sudah mau hujan nih. “ ucap Joni perhatian.
                “maksih Jon, tapi sebaiknya aku pulang”. Joni membuka pintu rumahnya lebar-lebar “ lebih baik tunggu cuaca nya terang baru pulang”. Fatimah hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. “assalamualaikum. Aku pulang ya Jon” suara mesin nya menyala, perlahan motornya itu melaju pergi menjauh dari rumah Joni. “seandainya mesinnya tidak hidup” pikir Joni.
                Saat Joni menutup pintu rumahnya, tiba-tiba saja rintik hujan bertambah lebat. “Hujan deras nih”.  Sarung yang ada digenggamannya semakin kuat diangkat keatas sampai seluruh tubuhnya terbungkus rapi, angin yang dingin membuat langkah kakinya semakin layu. “Assalamualaimu, Maaf Jon” ucap seseorang yang muncul dari arah luar pintu. “waalaikumsalam,…. Fatimah ?” Joni hanya tertawa kecil melihat Fatimah kembali lagi. “Cepat masuk”
                “untung belum jauh. Bisa basah semua” ucap Fatimah
“Alhamdulilah ya..hehehe. Aku buatin teh hangat dulu ya.”
                “tidak usah repot-repot”
                “Tidak apa-apa kok”
                “Ini” Joni meletakkan teh hangat diatas meja “Diminum Mah”
                “iya. Makasih Jon”
“Mah, kamu kenal tidak sama Aulia, kelas x4 ?”
                “Aulia Nofitasari ?” Joni hanya mengangguk. “Kenal kok” jawab Fatimah
                “Dia itu gak suka cowok ya ?”. Fatimah yang mendengar pertanyaan aneh dari Joni langsung tertawa. “Jangan asal Jon, Aulia itu masih normal. Aneh kau Jon”
                “Lantas kenapa dia gak pernah kelihatan dekat sama cowok ?”
                “oh kalo itu sih,  sebenarnya dia mau focus ke pelajaran dulu. Aulia itu takut kalo dia nanti jatuh cinta”
                “apa iya Mah ?. m m m ngomong2 dia pernah pacaran belum sih ?”
                “kan sudah dibilang dia mau focus dulu ke pelajaran jadi yang jelasnya belum Jon, memangnya kenapa ?. Naksir ya ?”
                “tidak kok, cuma nanya. Tapi masa iya sih ?
                “Ya gitu Jon. Aulia memang kayak gitu. Oh iya dia pernah cerita lho kalo ada 2 orang cowok aneh yang selalu dekatin dia bahkan 2 cowok itu selalu kirim surat cinta. Aku penasaran siapa sih mereka berdua. “. Joni hanya tersenyum. Dia menghirup nafas dalam-dalam yang berusaha mengganti topic pembicaraan.
                “kalo Imah, kenapa gak pacaran ?”
                “aku tidak mau pacaran, Jon.”
“memangnya kenapa ?”
“lebih baik berteman saja Jon. Bagiku ikatan keluarga dan persahabatan lebih berarti dari pada ikatan pacar. Keluarga dan sahabat itu bisa selamanya, tapi kalo pacar aku rasa tidak. Nanti akhir-akhirnya akan sakit hati “.
                “Sok tahu kau, Mah”


                Beberapa hari ini Joni selalu datang lebih awal, jam setangah 7 dia selalu stand by didalam kelas. “Hai cewek aneh “ sapa Joni kepada Aulia yang duduk santai dikelasnya. “ada apa sih pagi-pagi sudah ganggu ?”. “Em, nah lupa. Mau apa ya “. “Joni Martinus !!” teriak seseorang dari arah belakang. “Aduh Pak Satrio. Ada apa sih ?, perasaan belum masuk” pikir Joni. “iya Pak, ada aaaapa Pak ? kan belum masuk”
                “memang belum”
                “Laluuuuu, aaaaaadaa aaaapa Pak ?”
                “Bapak mau mintak tolong. Tolong photocopy kan soal-soal ini di photocopy yan depan”. Joni menghela nafas “ Syukurlah”gumamnya pelan. Aulia yang melihat kejadian itu tersenyum sambil tertawa kecil, lesung pipitnya tampak menghiasi senyumnya itu. “dia manis juga.”
                “Joni Martinus. Cepat “
                “iya Pak”

                Seperti biasa saat pulang sekolah, suara motor memecah dan membuat suasana ramai. “Ayo pulang Mah. “ ajak Joni. “tunggu sebentar ya Jon. Aku mau photocopy soal Biologi dulu”. Saat-saat pulang sekolah adalah saat-saat dimana kita harus memilih Sabar nunggu antrian dan pulang terakhir atau pulang pertama tapi berdesak-desakkan sambil mengeluarkan emosi. Tapi syukurnya motor Joni sudah stand by didepan gerbang sebelum kedua pilihan itu muncul. “Ayo pulang Jon”ucap Fatimah. Motor Joni melaju perlahan “Jon jangan lupa besok pake baju muslim,”
                “memangnya kenapa ?”
                “kebiasaan. Joni, besokkan Maulid Nabi”
                “Oh iya, maaf aku tidak tahu Mah”


                “Hari ini Maulid Nabi ya ?, ahhh, aku masih ngatuk “ gumam Joni dalam hati. “Jangan tidur lagi Kak” teriak Ani.
                “Cerewet”
                “Kakak jorok, Ayuk Fatimah sudah nunggu tuh”
                “Oh,,” Joni menarik kuat sarungnya “Eh, serius ?”
                “Lihat aja didepan”
                “Dek, bilang dengan Imah, kakak lagi mandi ya” Joni bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas kekamar mandi.
                “Kelamaan ya Mah ?. maaf tadi kesiangan”
                “Tidak solat subuh ya?”
                “solat kok, tapi habis solat aku langsung tidur lagi, hehehe” Joni nyengir

Disekolah sudah tampak ramai, acara Maulid Nabi benar-benar sudah dipersiapkan. “Joni Martinus !!” . “sial” gumamku pelan. “cepat ambil tikar dimusolah” ucap Pak Satrio
“Iya Pak” jawab Joni dengan wajah kusut. Joni mengangkat sebuah tikar besar “aduh berat banget nih” pikirnya. “prakk !!” Joni menabrak seseorang, “Eh, maaamaaaf ya. Tidak sengaja”
“Kau lagi “ ucap seorang wanita yang Joni tabrak
“kau, wanita aneh…” Joni tersenyum melihat seseorang yang ada dihadapanya.
“Namaku Aulia Nofitasari salam kenal”. Joni yang mendengarnya hanya bisa terdiam sambil berfikir “aneh”.
“iya-iya. Nama ku Joni Martinus salam kenal juga”
“Sini aku bantu” ucap Aulia sambil membantu Joni membawa tikar besar itu
“Thanks ya”.


Jam sudah menunjukkan pukul 7.15, semua siswa telah duduk ditempat yang disediakan. Acara terlihat sudah siap dimulai. “Assalamualaikum warohmatulahi wabarokatuh” terdengar suara seseorang yang tidak asing bagi Joni “Fatimah ??, dia jadi pembawa acara ya?”
                “Jon, Pembawa acaranya cantik juga ya” ucap Toni
                “tentu saja, coba lihat Andri.” Joni menunjuk kearah Andri yang serius mendengarkan Fatimah membacakan susunan acara “lihat dia tidak berkedip sekalipun”. Toni yang melihat Andri tertawa terkikik-kikik, “Joni Martinus, Ssssttt !!!” tegur Pak Satrio yang ada berdiri dibelakang Joni. “sial” gumam Joni pelan.
                “Oh iya, nampaknya kamu sudah berhasil tuh untuk dekatin Aulia. Kapan rencara nembaknya ?” tanya Toni pelan.
                “Rencana bunuh diri mungkin. Aku tidak memikirkan hal semacam itu”
                “memangnya kenapa ?”
                “Joni Martinus “ tegur Pak Satrio kedua kalinya. Joni menoleh kearah belakang melihat kearah Pak Satrio lalu tersenyum kecil
                “Nanti saja aku jawab, hargai didepan Ton”
                “Masa ?.. alasan, bilang aja mau lihatin pembawa acaranya”
                “Iya, memangnya kenapa ?, puas “ tiba-tiba perasaan aneh muncul dari arah samping, “auranya aneh “pikir Joni.  Joni yang penasaran memaksakan diri melawan arus datangnya aura aneh dari samping kanannya. “Paaaak Saaaatriiiiio !!!. Sial” ucap Joni dalam hati

 
                Setelah 2 jam berlalu akhirnya acara Maulid Nabi pun selesai, Joni dan Andri terlihat begitu  puas “Akhirnya selesai juga acaranya Jon” ucap Toni lega.
                “Seandainya lebih lama lagi “ucap Andri
                “iya setuju” sahut Joni
                “Kalian berdua aneh. Memangnya kalian benar-benar mendengarkan apa yang disampaikan tadi?”
                “tidak “ucap Joni dan Andri kompak.
                “Ayo pulang Jon” Ucap Fatimah dari arah meja piket.
                “tunggu dulu Jon. Taruhan yang kemaren masih berlaku kan ?”tanya Toni sambil tersenyum
                “Tentu, ….dan kurasa aku yang kalah. “
                “Memangnya kenapa ?, apa kamu sudah tahu ?”
                “Tahu apa  Ton ?, bukan apa-apa, sih. Tapi aku benar-benar telah kalah dengan taruhan yang aku buat sendiri. Aku telah disadarkan oleh seorang wanita, bahwa ikatan keluarga dan persahabatan lebih berarti dari pada ikatan pacar. Keluarga dan sahabat itu bisa selamanya, tapi kalo pacar aku rasa tidak, seminggu dua minggu mungkin udah putus“
                “Jadi begitu ya. Tapi aku baru mau jujur, sebenarnya aku sudah pacaran sama Nadia”
                “benarkah ? Nadia X3 itu kan. Waw selamat ya “
                “Sakti Ton”tambah Andri.
                “Aku tidak butuh ucapan selamat ini” ucap Toni sambil memberikan sebotol bedak.
“Sial”
                “Jon masih lama?” tanya Fatimah
                “Tunggu didepan Mah” ucap Joni. Joni mengambil bedak yang ada ditangan Toni dan langsung menyimburkan isi bedak kemukanya yang hitam.
                Joni menyimburkan sisa bedak kearah Andri “Dri. Mukamu juga butuh bedak tuh”
                “Joni !!”
                “10 keliling kan?” Joni berlari dengan penuh semangat. Siswa-siswi yang melihat Joni berlari sekan memberikan semangat kepadanya. Ada beberapa siswa yang merekam kejadian langkah itu, Joni berlari tanpa menghirau kan semua itu, dia berlari seolah-olah sedang berada didalam pertandingan lari. Terlihat Pak Satrio juga memberikan semangat kapada Joni . Pada putaran terakhir, tiba-tiba saja Andri muncul dan menyimburkan segentong air kearah Joni. “burrrrr”
 “Joni Smile !!” teriak Toni memberikan aba-aba memoto.
                “Sial !!!, Toni Meidianto !!!!, cepat hapus foto itu!!!” 

0 komentar:

Posting Komentar